Singapura H1_P1 : Sentosa Broadwalk

Yeah...akhirnya ke Singapura juga. Awal Februari kemarin akhirnya liburan ke Singapura. Walau cuma sebentar saja.
Sebenarnya waktu itu long weekend ( 3 hari libur), tapi karena adik sebagai teman seperjalanan saya sibuk terus, jadi saya menyesuaikan saja dengan jadwal kesibukannya agar bisa berlibur bersama. Jadi liburan hanya dua hari satu malam saja. Pertimbangan lain mengambil liburan singkat adalah nilai kurs Rupiah terhadap SGD waktu itu tinggi, jadi harga SGDnya mahal, mencapai Rp. 9.900 per 1SGD. Hikz...hikz.. jadi kami tidak mau menginap lama di sana.
Biaya menginap di hotel mahal, karena peak season, bertepatan dengan Lunar New Year. Tapi gak apa-apa lah... Demi menyesuaikan jadwal adik, akhirnya mengambil liburan di saat dolar naik dan peak season.

Baiklah berikut ini adalah cerita liburan saya di Singapura selama dua hari satu malam.
Sabtu pagi, 1 Feb 2014 sekitar jam 9 pagi, pesawat berangkat dari Jakarta (CGK)
Sampai di Changi International Airport sekitar jam 11.40 waktu setempat.
Wow... Bandaranya besar, rapi, dan bersih, dan ada karpetnya empuk. Karena kami tidak membawa bagasi, kami langsung melenggang keluar.
Karena saya belum pernah ke Singapura, daripada tersesat maka saya dan adik memutuskan untuk mencari wajah yang terlihat sudah terbiasa dengan Changi yang besar ini, dan mengikutinya saja hehehe.
Berjalan cukup cepat menuju imigrasi. Cukup deg-degan juga waktu akan melewati bagian imigrasi. Karena saya sering mendengar cerita kalau di imigrasi itu seram.
Karena kami bergerak dengan cepat setelah turun dari pesawat tadi, kebetulan tidak ada antrian di imigrasi. Petugas imigrasi yang saya lewati adalah seorang bapak-bapak berwajah India. Saya mengeluarkan pasport yang masih kosong hihihi. Saya menunggu pertanyaan dengan deg-degan. Ternyata hanya ditanya, naik maskapai penerbangan apa? Easy.... imigrasi lewat dengan mudah

Mumpung di bandara yang katanya bagus, saya ingin melihat toiletnya, dan kebetulan memang ingin buang air kecil, ya sudah habis dari imigrasi menuju toilet. Ternyata toiletnya tidak terlalu ribet, tadinya saya khawatir kalau toiletnya terlalu canggih, dan membuat saya bingung hehehe. Maklum dari desa. Akhirnya toilet lewat....
Kalau saya amati, petugas kebersihan di bandara ini kebanyakan berusia lanjut, bahkan saya lihat ada yang cacat. Hmmm, di sini orang berusia lanjutpun bisa produktif dan tetap bekerja

Kamipun ingak-inguk mencari peta gratisan di bandara untuk bekal keliling kota Singapura. Kami mengambil peta jalur MRT. Walau sebelumnya saya sudah menyiapkan peta dari Jakarta. Peta dari Google Maps. Saya capture peta dari Google Maps, dan saya print dengan kertas A4. Karena saya pikir di Singapura kalau memakai internet dari gadget pasti mahal, dan takut baterai habis ditengah jalan, jadi saya sudah mempersiapkan peta hard copy ala kadarnya.
Lembaran peta tersebut juga sudah saya corat-coret dengan rencana tempat-tempat yang akan saya kunjungi. Dengan waktu yang cukup singkat saya ingin menunjungi beberapa tempat dengan efisien dan menghindari nyasar terlalu sering

Singapore Down Town Map

Kamipun segera menuju Changi Airport MRT Station. Tidak terlalu sulit untuk menggunakan General Ticketing Machines. Karena petunjuknya jelas. Rupanya uang yang dimasukkan untuk membeli tiket harus uang pas, sesuai dengan nominal yang tercantum di mesin.
Kalau kelebihan terlalu banyak akan ditolak. Jiah... kami hanya membawa uang receh SGD sedikit. Akhirnya sebisa mungkin kami membeli sesuatu, kembaliannya meminta recehan atau koin.
Peta MRT sudah ditangan, tidak boleh hilang. Ini akan menjadi penunjuk kami yang penting.
Menaiki MRT, kamipun menuju kawasan Bugis, tempat hotel kami berada. Transit sekali di Tanah Merah. Kurang dari 1 jam kami tiba di kawasan Bugis.

Mengikuti petunjuk, kami keluar dengan selamat dari Stasiun Bugis hahaha. Wow...puanasss. Di Jakarta hujan terus sampai kebanjiran. Di Singapura terang benderang dan panas menyengat.
Kamipun berjalan menuju Bugis Village dan membeli makan siang di sana. Jadwal check in paling awal sekitar jam 2 siang, jadi sambil menunggu kami bisa makan siang dahulu. Kami menuju M*D, karena kami lihat di sana ada orang berkerudung makan di sana. Semoga halal euy hehehe
Setelah kenyang, kamipun menuju hotel yang kami pesan untuk menginap dengan berjalan kaki, sambil menikmati kerapihan, kebersihan, dan keteraturan jalanan di Singapura. Sayang panasnya sangat terik. Sekitar 15 menit kami menemukan hotel yang kami pesan.


Narsis dulu sebelum check in hotel


Unfortunatelly... petugasnya bilang ruang yang kami pesan katanya AC-nya rusak. What?!? Dan tidak tersedia kamar lain lagi. Terlihat rombongan sebuah keluarga dari Indonesia juga di lobi hotel, sepertinya bermasalah juga dengan ketersediaan kamar hotel.
Petugasnya bilang mereka menyediakan kamar lain di jaringan hotel yang sama di kawasan lain. Sudahlah saya sebutkan saja nama hotelnya. Fragrance Bugis. Kami memilih hotel itu karena letaknya yang strategis, walau harganya lumayan mahal bagi kantong kami. Ditambah peak season pula.
Karena saya capek dan malas berdebat panjang (dalam hati saya "Baiklah nanti saya akan menulis ketidak puasan saya di internet setelah saya pulang ke Jakarta di website mereka, atau di Agoda, atau di Tripadvisor")
Kami dikirim ke Fragrance Selegie di kawasan Little India. Untungnya letak hotelnya strategis, dekat dengan stasiun MRT Little India. Hanya sekitar 5 menit dengan jalan kaki.

Hotel ke Stasiun MRT

Hotelnyapun bersih dan berjendela, walau yang kami lihat hanya gedung-gedung saja. Lumayanlah... Kami tidak mau ambil pusing dengan masalah tadi. Setelah meletakkan barang bawaan kami di hotel dan solat, kami siap menjelajah.
Mengikuti petunjuk recepcionist hotel, kami menuju stasiun MRT Litle India. Kami sempat bingung mencari letak stasiun itu. Setelah berkeliling sebentar, kami menemukan letak stasiun itu di pojokan lapangan parkir yang seperti kebun. Saya dan adik tertawa sendiri, ya elah..., seperti kandang kambing aja di pojok kebun xixixi
Tapi begitu masuk, wow luaass.... Efektif memanfaatkan ruangan bawah tanah hahaa

Kami memutuskan menuju ke Sentosa Island terlebih dahulu, karena tidak perlu transit. Dari stasiun MRT Little India kami menuju Stasiun MRT HarbourFront, yang terletak di Vivo City Mall, sebuah mal terbesar di Singapura.Wow, ramai sekali mal ini. Sepertinya semua orang berkumpul di sini, jadi serasa berada di Pasar Tanah Abang.
Kami segera mengikuti petunjuk menuju Sentosa Broadwalk. Kami ingin berjalan kaki saja menuju Sentosa Island, untuk penghematan dan pembakaran kalori :)

Vivo City Mall ke Universal Studio (Sentosa Island)

Sentosa Broadwalk merupakan jalan penghubung dari Vivo City Mall ke Sentosa Island dengan panjang sekitar setengah kilometer. Jika tidak ingin terlalu lelah berjalan, kita tinggal memakai travelators, semacam tangga berjalan.
Walaupun ada kanopi dan travelators di sepanjang Sentosa Broadwalk, tapi kami tetap berpeluh-peluh saking panasnya. Angin laut tidak berhembus dengan kencang sampai kemari.

Narsis di Sentosa Broadwalk :)

Apa yang bisa dilihat sepanjang Sentosa Broadwalk?
Jika kita berjalan dari arah Vivo City Mall menuju Sentosa Island, di sebelah kanan kita bisa menikmati pemandangan teluk beserta kapal-kapalnya. Di sebelah kiri ada jalan utama (main road) ke Sentosa beserta lanskap taman yang rimbun.

Pemandangan sepanjang Sentosa Broadwalk



Sekitar 30 menit kami sampai di Sentosa Island. Tiket masuk hanya 1SGD saja. Sentosa Island dipadati berbagai manusia dari berbagai negara. Ruamainya.....
Benar-benar peak season... dimana-mana manusia...ruameee....
Karena waktu itu bertepatan dengan Tahun Baru Imlek, suasananya penuh dengan nuansa Imlek. Warna-warni lampion dan banyak angpau yang bergelantungan di pohon. Ada juga pertunjukan, tapi karena banyaknya kerumunan manusia, jadi susah untuk melihat pertunjukan tersebut.

Ramainya Sentosa

Kami hanya berkeliling sebentar dan berfoto di depan bola dunia bertuliskan UNIVERSAL STUDIO. Foto 'sendiri' di depan bola itu saja susah, karena bola itu selalu saja dikerumuni wisatawan yang mengambil foto juga.

Narsis dulu di depan tulisan 'Universal Studio'

Kami tidak ingin berlama-lama di sana. Berkeliling sebentar, dan balik lagi ke VivoCity.
Kami sempat nyasar mencari letak stasiun MRT, dan akhirnya malah berputar-putar di dalam mall. Ternyata Vivo City tampilannya sama saja dengan mal-mal yang ada di Indonesia. Lebih bagus Grand Indonesia sich kalau menurut saya :D

Tujuan selanjutnya adalah Marina Bay. Kami ingin menikmati sore hingga malam di sana.
Stasiun MRT HarbourFront sangat ramai. Antrian tiket di mesin tiket sangat panjang. Cukup lama juga kami mengantri tiket di sini. Rombongan turis di depan kami yang sepertinya rombongan keluarga dari Korsel cukup lama di depan mesin tiket. Sepertinya mengalami kendala dalam memasukan uang ke dalam mesin. Ibu-ibu muda Korea itu bertanya kepada saya, ingin menukarkan uangnya. Saya bilang tidak punya, uang kecil saya juga pas-pasan saja untuk membayar tiket. Dua orang perempuan muda, bule, di belakang saya ngedumel sendiri, karena terlalu lama mengantri. Berulangkali saya dengar bule itu berucap 'It's so ridiculous!' Mereka sepertinya kesal kenapa stasiun sebesar dan seramai ini, mesin tiketnya hanya sedikit, dan antriannya sangat panjang.
Di sini kami hampir salah jalur. Ternyata ada dua jalur untuk ke Marina Bay. Jalur satunya langsung ke Marina Bay (jalur warna orange) yang tadinya akan kami tempuh, tapi tidak jadi karena memakan waktu satu jam lebih kata petugasnya. Untung petugasnya memberitahu kalau jalur tersebut lama. Kami akhirnya menuruti saran petugas, pindah ke jalur ungu (North East Line) dan transit di stasiun Dhoby Ghaut. Memang sich MRTnya cepat, tapi pindah-pindah jalurnya cukup lama, karena stasiunnya luas.

To Be Continoued......


Comments

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Ternyata namanya adalah Sero

11.11