Sedikit renungan di sela-sela sarapan

Pagi yang cerah...matahari bersinar dengan sempurna, kuning keemasan terlihat dari jendela.
Pagi ini juga ribuan warga mengantre kupon daging kurban di Masjid Istiqlal, hampir semua media memberitakannya. Hmm, semoga berjalan tertib, semoga semua kebagian sesuai jatahnya masing-masing, dan semoga tidak terjadi kisruh yang memakan korban jiwa. Begitu banyaknyakah warga miskin di negeriku ini??? Bahkan dalam 1 masjid saja yang mengantri ribuan, dari anak kecil sampe manula.

Melihat (di media) segala kekisruhan antrean pembagian zakat, daging kurban, sembako atau apapun itu yang sampai memakan korban, sungguh membuat miris. Kadang aku berfikir, apakah masyarakat ini sudah tidak punya budaya antri, sudah tidak adakah rasa sedikit kesabaran, atau apakah sudah begitu membudayanya tangan di bawah daripada tangan di atas, atau salahnya sistem dari penyelenggara??? Memang..., siapa sich yang gak suka dapat gratisan. Gue juga suka tentu saja, walaupun sedikit, rasanya senang banget kalau dapatnya gratis hehehhe. Kalau suatu hari aku menjadi orang miskin (who knows?), apa aku juga akan mengantri seperti itu untuk mendapatkan makanan, berdesak-desakan, berangkat dari rumah sepagi mungkin, bahkan seorang ibu-ibu di Tegal rela mengayuh sepeda angin sejauh 10 km demi mendapatkan 2,5 ons daging sapi. Mungkin sepanjang hidupnya dia hanya makan daging sapi jika hari raya kurban saja, itu kalau masih kebagian, entahlah? Kerasnya hidup

cerita yang gue dapet pagi ini dari milis
Seorang mandor bangunan yang berada di lantai 5 ingin memanggil pekerjanya yang lagi bekerja dibawah... Setelah sang mandor berkali-kali berteriak memanggil,si pekerja tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaanya dan bisingnya alat bangunan... Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh keatas,di lemparnya uang 1000an yg jatuh tepat di sebelah si pekerja... Si pekerja hanya memungut uang 1000 dan melanjutkan pekerjaanya... Sang mandor akhirnyamelemparkan 100.000 dan berharap si pekerja mau menegadah sebentar ke atas... Akan tetapi si pekerja hanya lompat kegirangan karena menemukan uang 100.000dan kembali bekerja... Pada akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yg tepat mengenai kepala si pekerja... Merasa kesakitan akhirnya si pekerja menolehke atas dan dapat berkomunikasi dengan sang mandor....Cerita tersebut diatas sama dengan kehidupan kita. Tuhan selalu ingin menyapa kita, akan tetapi kita selalu sibuk bekerja. Kita di beri rejeki sedikitmaupun banyak, sering kali kita lupa untuk menengadah bersyukur... Jadi terkadang kita mendapatkan batu kecil agar kita mau menoleh kepada Tuhan

Comments

Anonymous said…
Itulah cerminan masyarakat kita
kesabaran tidak di no satukan mereka hanya
mementingkan hal yang tidak terlalu penting
padahal apabila di jalankan dengan teratur dan tertib
mereka juga yang merasakan nikmatnya, tidak lagi berdesak-desakan
yang bisa merenggut nyawa mereka sendiri.

semoga kedepannya kita bisa menjadi lebih baik amin.
yang suka liburan silahkan kunjungi blog kami di http://7og4nk.blogspot.com
siapa tau alam kami bisa menjadi salah satu agenda
liburan anda di tahun ini.
ReBorn said…
apa mandor (tuhan) udah males turun kebawah ya? :)
cara kerja tuhan memang misterius.

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Kebunku

Ternyata namanya adalah Sero