Terbang ke Bumi Cendrawasih
Alhamdulillah...tercapai juga keinginan saya menginjakkan kaki ke bumi cendrawasih, Papua. Terima kasih banyak buat adik tercinta yang telah dengan susah payah mengurus semuanya, hingga saya bisa sampai kesini.
Yup, sekarang saya di Tembagapura, Papua, mengunjungi adik yang bekerja di sini. Penerbangan yang lumayan panjang, kurang lebih 6 jam di angkasa. Penerbangan paling lama dan paling jauh yang pernah saya alami.
Pulang dari kantor, mampir kos sebentar untuk mengambil barang-barang yang akan dibawa. Satu tas plastik penuh berisi roti dan brownies sebagai oleh-oleh, serta 1 tas ransel gunung berisi baju. Walaupun saya agak demam dan pilek, saya tetap berangkat ke Papua. Entah kapan lagi saya bisa kesini, mengingat akses dan perijinan masuk ke area tambang ini sulit. Jadi walaupun badan kurang fit, saya tetap semangat menuju kawasan pegunungan tertinggi di Indonesia ini. Adik saya sudah mempersiapkan segalanya, dan membuatkan detil perjalanan agar perjalanan saya lancar sampai tujuan.
Saya terbang menggunakan pesawat Airfast Indonesia. Alhamdulillah, saya diijinkan naik pesawat ini (dengan memenuhi syarat yang ditentukan tentu saja). Senangnya lagi, adik sudah memesankan tempat duduk di pesawat, jadi saya bisa duduk di kursi bagian depan dekat dengan jendela yang nyaman. Biasanya saya selalu dapat kursi di sebelah sayap, dengan 3 tempat duduk, jika saya terbang dengan pesawat komersial lainnya. Tepat jam 21.45 WIB pesawat take off, disiplin sekali maskapai ini, mengingat maskapai lain yang pernah saya naiki selalu saja delay. Tempat duduknya juga enak, longgar, ada sela yang lumayan antar baris kursinya, jadi kakinya bisa berganti gaya dengan nyaman. Mo ongkang-ongkang, mo selonjor, atau mo menyilangkan kaki dan menaruh tas di bawah kaki juga bisa. Pramugarinya juga ramah dan tampaknya mereka adalah pramugari senior.
Beberapa menit setelah pesawat mengudara pada ketinggian yang ditentukan (kalau tidak salah ketinggian jelajah terbangnya 31.000 feet above sea level, seperti yang diberitahukan oleh petugas pesawat), pramugari membagikan permen. Sesaat setelah itu dibagikan makanan dan minuman. Wow, makanannya enak. Terdiri dari bihun goreng panas yang dihidangkan bersama tofu goreng dan telur rebus. Ada buahnya juga, yang terdiri dari semangka, pepaya, melon yang diiris kecil-kecil, hmmm...segar. Ada juga pie buah yang enak. Plus 1 cup sari jeruk. Sebenarnya saya ingin memfoto menunya, tapi maluhehehe. Minumannya juga boleh memilih sendiri, selain air putih juga ada kopi, teh, cola, fanta, buavita, dan entah apa lagi. Tapi saya minum air putih saja, takut *ip*s melulu hihihi. Sepertinya pelayanannya ga kalah dengan Garuda. Kalau di Batavia hanya disediakan segelas kecil teh hangat. Sedangkan di Lion ngga dikasih apa-apa. Itu menurut pengalaman saya, yang baru sedikit terbang.
Pesawat transit di Surabaya, pada pukul 22.45, dan take off jam 23.00. Benar-benar disiplin dan efisien. Dan 1,5 jam kemudian transit lagi di Makasar selama 20 menit. Seluruh penumpang diwajibkan untuk turun dari pesawat, dan menunggu di ruang tunggu Bandara Sultan Hasanudin. Dan penumpang diberi semacam struck (dengan menunjukan ticket pesawat), untuk digunakan masuk ke dalam ruang tunggu. Security check selalu saja dilakukan.
Tepat 20 menit, penumpang disuruh masuk lagi, setelah tadi pesawat dibersihkan selama penumpang turun. Dan take off lagi. Tiap kali take off, kuping saya budeg. Sakitnya bukan main, apalagi saya pilek, pendengaran saya jadi benar-benar terganggu. Suara-suara serasa terdengar dari kejauhan. Biasanya kuping saya ngga sesakit ini. Kali ini penerbangan lumayan lama, sekitar 2.5 jam dari Makasar ke Timika. Makanan dan minumanpun dibagikan lagi, tetapi saya sama sekali tidak berselera makan, karena sangat mengantuk. Bangun dari jam 1 dini hari, untuk packing, kemudian pergi ke kantor dan melanjutkan dengan penerbangan yang lumayan lama membuat saya lumayan lelah.
Waktu terbangun, terlihat semburat merah dan awan yang berlapis-lapis. Wah sudah Subuh. Saya langsung tayamum dan solat ala kadarnya di tempat duduk. Ini pertama kalinya saya solat di angkasa. Syukurpun saya panjatkan, karena saya diberi kesempatan melihat kebesaran Allah swt. Tepat selesai solat, dari kockpit petugas mengumumkan bahwa sebentar lagi akan pesawat mendarat di Moses Kilangin International Airport, Timika. Cuaca berawan, dan Timika sedang diguyur hujan, dengan visibility 3 km. Dimana-mana yang terlihat adalah awan. Beberapa kali pesawat menembus awan. Oh...ini to yang suka dibicarakan, bahwa di atas awan masin ada awan. Hamparan luas awan seperti lautan. Saya mencoba mengingat-ngingat jenis-jenis awan. Ah saya hanya ingat awan Cumulus Nimbus saja, lainnya lupa heheheh.
Setelah pesawat terbang lebih rendah, yang terlihat hamparan hijau, hutan Papua di mana-mana. Sayang hujan, jadi dimana-mana terlihat kabut.
Semua berjalan cepat. Adik pesan saya harus lincah, biar dapat chopper untuk ke Tembagapura. Karena saya visitor, saya harus ke visitor center dulu, menemui petugas setempat minta print ID,untuk ditunjukan untuk check in chopper. Lega saya karena semuanya birokrasi beres, walau saya ketinggalan chopper M1, dan M2 saya masih bisa naik M3. Kalau tidak, saya ikut konvoi bis, yang memakan waktu lebih lama. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya naik helicopter. Lagi-lagi harus sigap, karena begitu semua penumpang naik, chopper langsung terbang. Saking terburu-burunya saya tidak memakai seat belt dengan kencang, yang tanpa saya sadari ternyata copot. Untuk ga terjadi apa-apa hehee. Tidak lupa memakai headset, untuk meredam suara chopper. So, perjalanan belum selesai, penerbangan dilanjutkan....
Bersambung.... ^^
Sudah malam, adik saya sudah melotot menyuruh saya tidur, karena besok kondisi harus fit jika ingin pergi ke Grasberg Mine dan Heat Road (padahal saya masih flu). Di sini sekarang jam 22:56, kondisi di luar hujan dan sangat dingin
Note : maaf gambarnya sedikit, koneksi internetnya lambat, jadi rada malas upload hehehe
Dari Jakarta ke Papua |
Saya terbang menggunakan pesawat Airfast Indonesia. Alhamdulillah, saya diijinkan naik pesawat ini (dengan memenuhi syarat yang ditentukan tentu saja). Senangnya lagi, adik sudah memesankan tempat duduk di pesawat, jadi saya bisa duduk di kursi bagian depan dekat dengan jendela yang nyaman. Biasanya saya selalu dapat kursi di sebelah sayap, dengan 3 tempat duduk, jika saya terbang dengan pesawat komersial lainnya. Tepat jam 21.45 WIB pesawat take off, disiplin sekali maskapai ini, mengingat maskapai lain yang pernah saya naiki selalu saja delay. Tempat duduknya juga enak, longgar, ada sela yang lumayan antar baris kursinya, jadi kakinya bisa berganti gaya dengan nyaman. Mo ongkang-ongkang, mo selonjor, atau mo menyilangkan kaki dan menaruh tas di bawah kaki juga bisa. Pramugarinya juga ramah dan tampaknya mereka adalah pramugari senior.
Beberapa menit setelah pesawat mengudara pada ketinggian yang ditentukan (kalau tidak salah ketinggian jelajah terbangnya 31.000 feet above sea level, seperti yang diberitahukan oleh petugas pesawat), pramugari membagikan permen. Sesaat setelah itu dibagikan makanan dan minuman. Wow, makanannya enak. Terdiri dari bihun goreng panas yang dihidangkan bersama tofu goreng dan telur rebus. Ada buahnya juga, yang terdiri dari semangka, pepaya, melon yang diiris kecil-kecil, hmmm...segar. Ada juga pie buah yang enak. Plus 1 cup sari jeruk. Sebenarnya saya ingin memfoto menunya, tapi maluhehehe. Minumannya juga boleh memilih sendiri, selain air putih juga ada kopi, teh, cola, fanta, buavita, dan entah apa lagi. Tapi saya minum air putih saja, takut *ip*s melulu hihihi. Sepertinya pelayanannya ga kalah dengan Garuda. Kalau di Batavia hanya disediakan segelas kecil teh hangat. Sedangkan di Lion ngga dikasih apa-apa. Itu menurut pengalaman saya, yang baru sedikit terbang.
Pesawat transit di Surabaya, pada pukul 22.45, dan take off jam 23.00. Benar-benar disiplin dan efisien. Dan 1,5 jam kemudian transit lagi di Makasar selama 20 menit. Seluruh penumpang diwajibkan untuk turun dari pesawat, dan menunggu di ruang tunggu Bandara Sultan Hasanudin. Dan penumpang diberi semacam struck (dengan menunjukan ticket pesawat), untuk digunakan masuk ke dalam ruang tunggu. Security check selalu saja dilakukan.
Tepat 20 menit, penumpang disuruh masuk lagi, setelah tadi pesawat dibersihkan selama penumpang turun. Dan take off lagi. Tiap kali take off, kuping saya budeg. Sakitnya bukan main, apalagi saya pilek, pendengaran saya jadi benar-benar terganggu. Suara-suara serasa terdengar dari kejauhan. Biasanya kuping saya ngga sesakit ini. Kali ini penerbangan lumayan lama, sekitar 2.5 jam dari Makasar ke Timika. Makanan dan minumanpun dibagikan lagi, tetapi saya sama sekali tidak berselera makan, karena sangat mengantuk. Bangun dari jam 1 dini hari, untuk packing, kemudian pergi ke kantor dan melanjutkan dengan penerbangan yang lumayan lama membuat saya lumayan lelah.
Waktu terbangun, terlihat semburat merah dan awan yang berlapis-lapis. Wah sudah Subuh. Saya langsung tayamum dan solat ala kadarnya di tempat duduk. Ini pertama kalinya saya solat di angkasa. Syukurpun saya panjatkan, karena saya diberi kesempatan melihat kebesaran Allah swt. Tepat selesai solat, dari kockpit petugas mengumumkan bahwa sebentar lagi akan pesawat mendarat di Moses Kilangin International Airport, Timika. Cuaca berawan, dan Timika sedang diguyur hujan, dengan visibility 3 km. Dimana-mana yang terlihat adalah awan. Beberapa kali pesawat menembus awan. Oh...ini to yang suka dibicarakan, bahwa di atas awan masin ada awan. Hamparan luas awan seperti lautan. Saya mencoba mengingat-ngingat jenis-jenis awan. Ah saya hanya ingat awan Cumulus Nimbus saja, lainnya lupa heheheh.
Setelah pesawat terbang lebih rendah, yang terlihat hamparan hijau, hutan Papua di mana-mana. Sayang hujan, jadi dimana-mana terlihat kabut.
Moses Kilangin Airport |
Semua berjalan cepat. Adik pesan saya harus lincah, biar dapat chopper untuk ke Tembagapura. Karena saya visitor, saya harus ke visitor center dulu, menemui petugas setempat minta print ID,untuk ditunjukan untuk check in chopper. Lega saya karena semuanya birokrasi beres, walau saya ketinggalan chopper M1, dan M2 saya masih bisa naik M3. Kalau tidak, saya ikut konvoi bis, yang memakan waktu lebih lama. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya naik helicopter. Lagi-lagi harus sigap, karena begitu semua penumpang naik, chopper langsung terbang. Saking terburu-burunya saya tidak memakai seat belt dengan kencang, yang tanpa saya sadari ternyata copot. Untuk ga terjadi apa-apa hehee. Tidak lupa memakai headset, untuk meredam suara chopper. So, perjalanan belum selesai, penerbangan dilanjutkan....
Bersambung.... ^^
Sudah malam, adik saya sudah melotot menyuruh saya tidur, karena besok kondisi harus fit jika ingin pergi ke Grasberg Mine dan Heat Road (padahal saya masih flu). Di sini sekarang jam 22:56, kondisi di luar hujan dan sangat dingin
Note : maaf gambarnya sedikit, koneksi internetnya lambat, jadi rada malas upload hehehe
Comments
ditunggu ya postingan selanjutnya,pesan foto burung cendrawasih ya^^
kalau menurut saya nggak bisa dibandingkan sih antara Lion/Batavia dengan Airfast Indonesia. Pertama, meskipun maskapai berjadwal tapi Airfast termasuk maskapai charter karena yang naik cuma yang mempunyai kepentingan atau yang ada hubungan dengan Freeport. Airfast dan Bandara Timika sendiri memang milik Freeport. kedua, frekuensi penerbangan serta pesawatnya nggak sebanyak Lion, Batavia, Sriwijaya, Garuda, dan lain-lain sehingga akan sangat minim delay. kalau untuk masalah makanan di pesawat itu sih tergantung penempatan maskapai sebagai apa? no frills airlines, medium service, atau full service airlines.. no frills ya seperti lion dan airasia, medium service seperti batavia, sriwijaya, dan merpati, sedangkan full service ya seperti garuda..
aduhhh naik chopper-nya juga bikin iriiii.. kok ndak ada foto-fotonya mbak?
keren tuh hidup di pedalaman yang jauh dari peradaban...
ditunggu kisahnya di Papua.. mampir raja ampat nggak sih?
#emangdekeet??
#plaaak
@Tri Setyo : Wah, pengetahuanmu tentang pesawat ini luas ya. Iya bener pake MD-80. Untuk pesawat berbadan ramping, Airfast emang OK. Oh, gitu ya ada jenis2 pelayanan, tapi mengingat harga tiket Lion dan Garuda sepertinya bedanya ga terlalu jauh, jadi saya pikir ya sama saja pelayanannya hehehe
@Tarry : Iya melelahkan, tapi karena belum pernah, ya saya menikmati sekalii ^^
@Rawins : haduh...saya ini cuma main saja di sini, klo lama-lama bisa bokek. Kan makannya beli sendiri, dan harganya...ampuuun dach... Iya, alamnya indah, jauh dari polusi, sejuk dan tenang suasananya. Tapi nda ada mall di sini kekekek
@Gaphe : hahaha...nda tepos ko Phe, lebih tepos naik KA eko kekeke. Raja Ampat jauhhhh dari sini, dan biayanya muahal. Bisa abis tabungan saya selama setahun klo ke sana
dari pengalaman naik Airfast,emang paling the best deh soal pelayanan
maklum kan bawanya bos-bos freeport jadi pelayanan no.1
cuma kekurangannya pakainya pesawat jadul (Type MD) yg udah dari tahun 1990-an
jadi suara mesin bisingnya bukan main