Along Railway
Sejak saya ikut memeriahkan urbanisasi, dan menambah makin padatnya ibukota, saya selalu menggunakan kereta api sebagai pilihan transportasi dari kampung saya ke kota metropolitan ini. Untuk perjalanan jarak jauh, di mana tidak ada pilihan pesawat, menurut saya (dan kantong saya tentu saja J) kereta api adalah pilihan yang paling nyaman daripada moda transportasi lain. Selain karena karakteristik dari railway itu sendiri yang cenderung lurus, stabil pada ketinggian yang sama (tidak ada belokan atau tanjakan yang tajam), membuat perjalanan lebih nyaman. Untuk perjalanan jauh lewat daerah pegunungan di mana jalannya curam, dan berkelok-kelok , menggunakan kendaraan bermotor, mobil, bis, dan kendaraan sejenis memang terasa lebih menantang, tetapi bau bensinnya membuat mual atau mabok.
Saya lebih menyukai perjalanan ketika terang, karena saya bisa menikmati pemandangan alam selama perjalanan. Apalagi jika melewati tempat-tempat baru, rasanya bersemangat sekali melihat-lihat kondisi wilayahnya, walau cuma sekilas dari balik jendela.
Untuk rute yang biasa saya lewati ketika naik Purwojaya, pemandangan yang saya suka adalah area dari Bumiayu sampai tujuan akhir saya di Stasiun Maos.
Udaranya segar dengan angin semilir pedesaan, dan rasanya areanya lebih hijau daripada area-area sebelum Bumiayu (dariJakarta ).
Yang paling saya nantikan adalah ketika kereta melewati Jembatan Sakalibel (sakalimabelas), yaitu jembatan yang mempunyai lima belas tiang penyangga dengan tinggi sekitar 50 m. Jembatan Sakalibel mempunyai panjang hampir 300 meter, dibangun pada jaman kolonial Belanda pada tahun 1915. Biasanya ketika kereta melewati jembatan ini, saya akan memandang ke bawah, melihat aliran sungainya, yang semakin hari semakin dangkal, dan berubah peruntukannya menjadi lahan pertanian pada sebagian areanya. Dan saya juga bisa melihat gerbong kepala atau gerbong buntut, karena jalannya agak berkelok. Kadang saya membayangkan, bagaimana jika salah satu tiang penyangganya runtuh (mengingat usianya)…hiiiiii
Rute KA Purwojaya yg saya lewati |
Udaranya segar dengan angin semilir pedesaan, dan rasanya areanya lebih hijau daripada area-area sebelum Bumiayu (dari
Jembatan Sakalibel (sumber : Panoramio GE) |
Bisa lihat buntut KA ketika berbelok |
Menurut kabar, jembatan ini tidak akan dipakai lagi, dan akan dijadikan sebagai heritage, diganti dengan jembatan konstruksi beton enam pilar yang dapat dilalui dua kereta api sekaligus. Memang sich sewaktu kemarin malam saya melewatinya, tampaknya pengerjaannya dikebut, hingga tidak mengenal waktu.
Pemandangan lainnya yang menarik di jalur ini adalah banyaknya bebatuan besar yang tersebar di areal persawahan. Saya penasaran dari manakah batu-batu besar hitam kecoklatan itu berasal? Apakah berasal dari letusan gunung api yang sangat dahsyat, dan pada tahun berapakah terjadinya? Kadang saya berharap ada ahli geologi atau kebumian yang bisa menerangkannya seperti waktu zaman KKL dulu hehe
Sungai – sungai kecil yang mengalir di area tersebut juga jernih. Sayang saya tidak punya fotonya. Lain kali dech saya cantumin fotonya. Atau kalau kebetulan lewat daerah tersebut, silahkan mengamati sendiri hehehe
Area menarik lainnya yang bagus pemandangannya adalah ketika melewati jembatan Serayu di Kebasen. Tampak perbukitan hijau di kanan kiri sungai. Pemandangan di waktu pagi hari di area ini juga sangat bagus. Saya biasa melewatinya dulu sewaktu berangkat sekolah, ketika masih SMA.
Jembatan Serayu di Kebasen |
Ada juga spot menarik di sekitar Serayu, yaitu terowongan Notog sebelum melewati jembatan Serayu, dan Bendung Gerak Serayu Gambarsari setelah melewati jembatan Serayu di kebasen.
Terowongan Notog memiliki panjang 260 m, dibangun oleh perusahaan kereta api SS (Staats Spoorwegen) pada tahun 1915. Di atas terowongan Notog terdapat makam tua yang mana merupakan makam dari para pekerja pembangunan terowongan Notog.
Pembangunan terowongan ini telah menelan banyak korban jiwa karena dilakukan dengan sistem kerja paksa. Salah satu keunikan terowongan ini adalah jalur kereta api yang melengkung sehingga membuat kedua ujung terowongan tidak dapat saling terlihat. Hal ini terjadi karena daerah Notog merupakan daerah dengan kondisi medan yang cukup sulit.
Namun dengan adanya rencana pembangunan jalur ganda rute Cirebon - Kroya, terowongan Notog kemungkinan akan dinonaktifkan. Mengingat kondisi medan yang cukup sulit serta tidak memungkinkan untuk membuat jalur kedua di samping jalur yang lama maka dibuat terowongan Notog baru untuk jalur ganda. Terowongan Notog akan tetap dipertahankan walaupun nanti sudah tidak dilalui kereta api lagi. (indonesianheritagerailway.com).
Nah lho, yang merasa belum sempat melewati terowongan ini buruan mencoba sebelum jadi sejarah hehehe
Terowongan Notog di GE |
Mulut Terowongan |
Bendung Gerak Serayu merupakan bendungan yang memanfaatkan debit air sungai Serayu yang melintasi wilayah kabupaten Banyumas dan kabupaten Cilacap untuk pengairan sawah beririgasi di wilayah kedua kabupaten tersebut. Dibangun mulai tahun 1993 dan diresmikan November 1996, dengan total daerah cakupan pengairannya kurang-lebih 21.000 ha ( 210 km²).
Bendung Gerak Serayu Gambarsari |
NB : ada beberapa foto diambil dari Panoramio Google Earth
Begitulah sekilas perjalanan saya ketika mudik. Sudah sering melewatinya, tapi saya belum merasa bosan ^_^
Comments
@ReBorn : haiyaahh merinding...makanya jangan sambil mandi bacanya :p
yakin mo main ke t4 gue?
@Yudi Darmawan : wah perjalanan saya malah 7 jam
postingannya keren.. penuh informasi
kalo nggak salah, jembatan sakalibel ini masuk ke dalam 15 jembatan termengerikan di dunia loh.. secara udah tua, trus tikungannya juga tajam..
alhamdulillah ....
@Gaphe : sekali-kali pilih yang siang, biar bisa liat2 pemandangannya ^^
sesuai namanya ya, semua serba 15
btw, udah nyoba macetnya jkt blm? ;p
wah hampir tiap hari bermacet-macet ria
@Thanjawa Arif : iya, wallahu alam
@Sang Cerpenis bercerita : kalo pemandangannya bagus sich asyik, tapi kalo monoton, yaa terasa lama juga hihihi
@Accilong : monggo dicoba saja, sebelum jadi heritage lho...^^