20110729

Setelah turun dari chopper, maka perjalanan dilanjutkan menuju barak dengan menggunakan semacam shuttle bus. Sebenarnya kalau jalan kaki, mungkin sekitar 10 – 15 menit sampai ditujuan. Tapi dengan kondisi jalan yang basah alias becek dan kondisi medan naik turun, naik bis lebih nyaman hehehe.


Bis
Kondisi jalan 


‘Wah sepi sekali’ gumamku begitu sampai di Tembagapura. Ya iyalah, orang-orang kan sedang bekerja. Begitu sampai di barak tempat adikku tinggal, suasana tambah hening. Kamarnya ada di bagian belakang, di mana begitu keluar dari pintu kamar, maka akan terlihat bukit yang nampak seperti raksasa yang sedang tidur. Kabut tebal tampak menyelimuti puncak bukit. Alhamdulillah kamarnya nyaman, jauh lebih nyaman daripada kamar kosku. Channel TV juga banyak, sekitar 36 channel kalau tidak salah, jadi kalau seharian di kamar juga bisa nonton TV sepuasnya. Pemanas ruangan segera dinyalakan, tapi aku masih juga kedinginan. Hawa pegunungan yang dingin ditambah hujan rintik-rintik membuatku cepat mengantuk. Huwaa…kalau suasana sepi dan dingin seperti ini, enaknya buat tidur nich. Sangat jauh berbeda dengan kosku di Jakarta, yang ngga ada matinya, berisik terus selama hampir 24 jam. Dan kalau hujan, petir dan kilat menyambar-nyambar menakutkan. Di sini  tak kujumpai kilat dan petir walau hujan sepanjang hari.

Barak
Sekitar jam 1 siang setelah istirahat, adik mengajakku jalan-jalan dan makan siang. Sebenarnya kondisiku sedang kurang sehat, sedikit drop, dan flu yang semakin menjadi karena udara dingin, tapi karena sudah sampai di sini aku tidak mau hanya tidur-tiduran saja. Hujan dan kabut tebal tidak juga beranjak pergi semenjak kedatanganku kesini. Kami berjalan dengan memakai payung menuju pusat perbelanjaan untuk makan siang. Untuk masuk ke sana harus menggunakan ID, bahkan anak kecil sekalipun. Segera kukeluarkan visitor ID untuk discan di mesin yang ada di pintu masuk (aku tidak tahu nama mesinnya J). Mataku langsung berkeliling menyapu ruangan. Ada Hero, rumah makan, toko kue, bank, salon kecantikan, biro perjalanan, kantor pos, dan ada ATM juga di luar ruangan. Sepertinya yang ke tempat ini adalah keluarga, terlihat dari banyaknya ibu-ibu dan anak-anaknya yang tampak bersih dan lucu-lucu. O, iya tempat ini hanya untuk staf dan keluarganya saja. Kalau untuk non staf maka ada tempat perbelanjaan yang lainnya lagi, kalau tidak salah Sentra Niaga namanya (agak lupa, karena aku melihatnya waktu berkeliling kota naik bis)

Suasana di tempat perbelanjaan

Kami makan siang di Cendrawasih Café. Wah, harga makanannya tidak kalah dengan harga makanan di mal. Bikin bangkrut kantongku kalau makan di sini terus.

Setelah perut kenyang, kami menuju Hidden Valley, lagi-lagi dengan menggunakan bis. Di sini bisa menggunakan bis sesukanya, tanpa bayar. Bis berjalan pelan, kalau tidak salah kecepatan maksimal yang diperbolehkan 15km/jam. Penumpangpun harus duduk semua, tidak ada yang diperbolehkan berdiri. Kalau sudah tidak ada tempat duduk yang kosong, maka penumpang harus menunggu bis selanjutnya. Penumpang harus   mengutamakan yang turun dari bus terlebih dahulu baru kemudian yang naik. Dan sebelum bis benar-benar berhenti penumpang tidak boleh berdiri, jadi tenang saja nda bakalan ditinggal atau kebablasan. Semuanya serba teratur dan disiplin.

Hidden Valley merupakan kawasan perumahan yang diperuntukan untuk karyawan staf yang membawa keluarganya ke sini. Terletak lebih tinggi dari Tembagapura, tepatnya di Mile 66 pada ketinggian 2.200 m dpl. Bentuk perumahannya seperti apartemen, dengan arsitek bangunannya berciri menyudut. Hmmm… rapi dan teratur.
Hidden Valley

Setelah berkeliling, melihat sekilas suasanan HV kamipun kembali ke Tembagapura karena hujan dan kabut tebal masih saja betah menyelimuti kota kecil ini.
Sorenya adik membelikan pizza untuk makan malam yang kami makan rame-rame bersama teman-temannya, karena aku tidak boleh ke messhall (tempat makan untuk para karyawan) jadi ya makan malamnya pizza ini hehehe. 1 pan pizza harganya 75 ribu dan rasanya tidak kalah dengan Pizza HUT yummy (fotonya ada di atas)

Malamnya kami menonton Fashion Show Ramli di Sport Hall. Seperti sudah kubilang pada postingan sebelumnya, aku datang kesini berbarengan dengan para modelnya, hingga sedikit membuat heboh teman-teman adik, karena dikira kakaknya yang datang itu secantik model-model itu huahahaha. Fashion Show Ramli itu sepertinya merupakan salah satu acara untuk menyambut Hari Kemerdekaan RI. Bahkan di Jakartapun aku belum pernah menonton fashion show secara live. Aku malah menontonnya di pedalaman ini. Acaranya lumayan ramai, walau di luar hujan masih mengguyur. Para model menampilkan karya-karya batik rancangan Ramli, wow bagus-bagus, entah berapa harganya ya??. Kebanyakan bernuansa Papua, dengan motif seperti tifa dan burung cendrawasih. Ada berbagai warna putih, hitam, warna-warna natural seperti coklat, tapi ada juga warna-warna terang tapi manis, keren dech. Sayang kamera sakuku yang jadul ini jelek untuk memotret di dalam ruangan apalagi dengan pencahayaan yang kurang. Jadi daripada  menghabiskan waktu untuk memotret, aku lebih memilih menikmati pertunjukannya yang entah kapan lagi aku bisa menikmati fashion show seperti ini, gratis pula hehehe


Itulah ceritaku pada hari pertama di pedalaman (yang seperti bukan pedalaman). Baru bisa cerita setelah aku balik ke Jakarta J

Comments

perjalanan yang panjang dan melelahkan. Tapi sebuah pengalaman yang sungguh hebat dan menarik.
ria haya said…
@Wahyu Eko Prasetyo : iyach... :)
Rawins said…
keren tuh kalo di tambang sekelas freeport
beda banget dengan di tambang liar kaya disini
fasilitas serba minim
sebenarnya memadai sih, cuman sering ngadat aja..
ria haya said…
@Rawins : Iya, fasilitasnya OK. Mungkin biar ngga pada terlalu stres kali ya?
Tapi ya unsur politiknya sepertinya juga tinggi
wuidddiiihhh pemandangan hidden valley nya keren banget yaks... banyak gunung gitu :( coba di jakarta ada gunung :)
SunDhe said…
duh..asyiknya ke papua
dhe jg pengen. tp ga tw kapan. hehehe
ria haya said…
@Belajar Photoshop : ada kok, gunung agung :D

@Dhe : moga secepatnya hehehe
Shudai Ajlani said…
Wih keren banget, jadi kepengen B)
ria haya said…
@Shudai : Hallo Shuday...aye jg kepengin ke sana lagi B)
Unknown said…
sepertinya asik ya di sana. kalo cuacanya adem saya suka tuh....
ria haya said…
iya mba asik...
wah adem terus mba, apalagi di puncaknya ada glacier
Dony A said…
Oh, Papua ternyata tidak hanya pedalaman saja ya :o
ria haya said…
@Dony : itu di pedalaman lho... :)
Unknown said…
salam sahabat
tempatnya sejuk yang gambar dilereng tebing itu hehehe
joe said…
tidak sempat jalan-jalan ke pedalaman ya, pasti lebih asyik kalau menjelajah gunung dan hutan
ReBorn said…
astaga mbak, asli gue merinding. gue nbaru tau.
itu pedalaman? gue mau tinggal di pedaleman klo kayak gitu. :D
ria haya said…
@Dhana : iya sejuk mba

@joe : nda sempet, cuma 3 hari soalnya di high land. klo yg petualang asli mungkin dia akan menjelajah gunung dan hutan, klo saya baru bisa liat doank hihhi

@Reborn : iya Ja, di sana emang bikin merinding saking dinginnya, tp ga nyangka bs nular ampe lu :D
Damar said…
wah perjalanan ke papua yang menarik mbak, padahal yang ditayangkan di tipi selama ini beda banget
ria haya said…
@Djangan Pakies : mungkin sudut pandangnya yg jauh berbeda Pak dan tempat yg dikunjungi jg berbeda hehehe
sri wijayanti said…
wiiihhh keren kereeenn..!

kenapa nggak jalan2 ke pedalemannya yg bener2 'dalem' aja kak?

bisa lebih unforgettable kayaknya. ditunggu yaaa cerita2 selanjutnya!
:D
ria haya said…
@srrriii : maunya ke pedalaman yang asli, tapi belum kesampaian. Moga lain kali bisa. Doakan yach ^__^

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Kebunku

Ternyata namanya adalah Sero