Bagaimana menurut kalian?
“Apaan, data jelek kayak gitu kok mau dijual. Semuanya ga papa, acceptable” begitu isi dumelanku pada salah satu temanku
“Si client emang belinya data dengan ketelitian yang kayak gitu kok” jawab teman saya berusaha menenangkan
“Liat aja, nanti bakalan direject atau dirework lagi tuch” aku masih ngedumel
“Biarin aja lah” jawab temanku
“Iyalah biarin aja, emang siapa aku? Toh aku juga bukan bosnya yang bikin keputusan, dan ini juga bukan perusahaan gue” lanjutku masih manyun
And U know what? Datanya benar-benar direject dan dirework sampai berkali-kali. Aku cuma nyengir aja, sambil berkata kepada diri sendiri, See?!
Pernahkah merasa seperti itu? Hanya bisa 'wait and see'.
Ataukah pernah merasa ' ini kan bukan perusahaan gue' jadi terserah bosnya mau berbuat apa saja. Mo hancur juga ga peduli.
Beberapa tahun yang lalu, waktu masih awal-awal bekerja, waktu semangat-semangatnya, dengan berbagai mimpi, idealisme dan optimisme yang tinggi, salah satu temanku sekantor berkata “Ngapain ngoyo….? Rajin dan malas imbalannya sama kok ”. Waktu itu rasanya sebal mendengar perkataan seperti itu. Walaupun mungkin keadaannya memang seperti itu.
Aku hanya bisa diam. Tapi dalam hati aku berkata 'aku ingin bekerja dengan ikhlas, niat untuk ibadah'.
Mungkin beberapa orang memandangnya sebagai sesuatu yang naif. Tapi waktu itu aku bekerja dengan niat seperti itu, karena rasa syukurku bisa punya penghasilan sendiri dan tidak meminta dari orang tua. Tapi seiring dengan berjalannya waktu dan keadaan serta lingkungan, kadang aku melupakan niat awalku bekerja. Berbagai intrik, politik, ambisi, persaingan atau kompetisi dan semua hal yang terjadi di kantor, kadang membuat keikhlasan itu sesekali menghilang dan terlupakan. Dan yang tertinggal hanyalah keluhan, omelan, gerutuan dan semacamnya, ketika keadaan tidak berjalan sesuai keinginan atau harapan.
Dan bagiku yang masih bau kencur, kadang kala hal tersebut mempengaruhi kinerja dan produktivitas diri.
Untuk mengembalikan keikhlasan itu tidak mudah dan berat. Dan kalau niat awalku bekerja sudah kembali, maka kinerjaku akan pulih kembali. Aku tidak akan terpengaruh begitu saja kalau ada yang bertanya “Demi apa sich? Apa sich yang kau cari? Wong gajinya juga ga naik”
Aku akan menjawab “Demi kepuasan pribadi, karena aku tidak menyia-nyiakan diriku dengan bekerja secara total, dan tidak setengah-setengah” (cieee.....)
Di tempatku mencangkul, ada peringkat-peringkatan berdasarkan performace index. Dan tidak jarang aku berada pada posisi teratas, untuk levelku yang masih merupakan step paling bawah. Walaupun posisi atau jabatanku masih tetap saja kroco, dan tidak dipromosikan, aku tetap saja melakukan yang terbaik, demi kepuasan pribadi, dengan atau tanpa penghargaan (reward). Aku tidak akan membiarkan temanku menggantikan posisiku dengan mudah, dia harus bekerja keras dulu dan bersaing secara sehat, untuk menggantikan peringkatku hahaha. Itu kalau aku sedang semangat-semangatnya. Tapi aku akan dengan senang hati mengakui kemampuan teman yang memang benar-benar bagus kinerjanya, jadi kompetisinya tidak terasa membosankan :D (huh gayanya loe....)
Tapi... kadang-kadang kalau lagi bete dan manyun karena ga juga naik gaji atau ga dapat bonus, akan berkata seperti ini
“Baiklah, aku akan mengikuti tarif gajiku kerjanya. Standar aja, ngapain cape-cape jadi yang terbaik?” hadehhhh....
Tweweweng... piye to ki?
Pernahkan kau merasa enggan untuk menggunakan seluruh ilmu dan kemampuan maksimalmu hanya karena merasa “ini bukan perusahaan gue!”. Atau, “gaji gue cuma segini kok.” Atau, “rajin dan malas imbalannya sama,mba. Ngapain ngoyo? Apa yang kamu cari sich?”
Temanku mengingatkan ”Ilmu yang bermanfaat itu pahalanya mengalir sampai kiamat.” Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat”
Comments
aku yang tampangnya jelek aja ternyata banyak penggemar
*halah...
Gak ada yg jualan rexona ya mbak di deket-deket rumah?
ya kalau bagus and murah kan biar tambah banyak penggemarnya ^^
@21inchs : masa bau melati atau kenanga? nti dikira bau orang meninggal donk :D
ra ono mas, ndeso soale
Hehe sing penting nyambut gawe sing ikhlas ya mbak. :D
yaah intinya kerja sesuai dengan kemampuan aja kali yak?? klo bisa memaksimalkan knapa harus setengah2?? :)
kalo aku lebih santai aja dengan mikirin diri sendiri, kalo emang lagi happy ya semua bisa diatasi....,,;D
Itu hadis nabi Muhammad ya klo ga salah..
http://www.santria.web.id/
Jadi ingat emak ku. hahhaha....
kalo udah kerja suka lupa sendiri gaji sama kerjaannya gak ballance.
"Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At Taubah : 105)
Daripada nyesel belakangan, hehehe..
Yuk sama-sama kerja dengan ikhlas, Ria ^_^