Ternyata namanya adalah Sero
“Kok banyak tanda panah di laut ya? Ini beneran ada di dunia nyata atau hanya coretan-coretan tangan (editan) yang dibuat untuk menunjukan arah arus di laut?” begitu gumamanku waktu pertama kali melihat banyak gambar tanda panah di layar monitorku. Awalnya aku tidak percaya kalau itu adalah ‘man made features’ semacam fish trap (begitu kata salah satu bule di kantorku). Kok banyak sekali fitur berbentuk anak panah mengapung di lautan, berapa biaya yang dihabiskan untuk membuat benda-benda itu? Dan terbuat dari apakah benda-benda tersebut?
Fitur-fitur tersebut banyak sekali ditemukan di daerah Indonesia Timur, hampir diseluruh perairan atau pantai di Sulawesi , NTT, dan pulau-pulau kecil lainnya di daerah Indonesia Timur. Kebetulan baru mengecek daerah-daerah itu saja (tapi cuma di GE).
“Harus cek lapangan nich untuk memastikan hehehe” begitu harapanku dan teman-temanku seperti biasa bercanda (ngimpi kali ye cek lapangan….hikz)
Setelah mencoba beberapa kombinasi kata kunci di Google akhirnya aku menemukan jawabannya.
Nama benda tersebut adalah sero atau jaring tanam. Jaring yang dipasang secara permanen di laut itu mempermudah nelayan menangkap ikan tanpa harus menghadapi gelombang tinggi. Jaring dipasang di laut dengan jarak tiga mil dari pantai. Tiang pancang bambu digunakan sebagai penguat jaring agar tetap berada di posisinya. Nelayan pemilik jaring pun tinggal mengambil ikan yang terjebak di jaring setiap pagi. Dengan upaya itu, nelayan hanya cukup melaut pada pagi hari, dan menghemat bahan bakar. Hasil tangkapan ikan dengan jaring sero pun stabil, walaupun tergantung juga dengan kondisi musim.Sero dipasang tidak boleh di sembarang tempat. Untuk mendapatkan hasil yang melimpah, sero harus dipasang di tempat yang menjadi lalu lintas ikan ketika melakukan migrasi. Untuk mengetahui daerah-daerah yang menjadi tempat ikan bermigrasi, nelayan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang diketahui sejak lama.
Sero adalah perangkap yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang akan menuntun ikan-ikan menuju perangkap. Sero juga disebut banjang, bila, belat, seroh, kelong. Sero terbuat dari jaring nelayan, bambu, dan kayu. Sero biasanya dipasang di laut pada kedalaman antara 2-4 meter. Sero dipasang dengan sistem tancap. Pada ujung busur disediakan ruang untuk menampung ikan. Pada pintu masuk ruang ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ikan hanya bisa masuk tapi tidak bisa keluar. Sistem kerjanya seperti bubu.
Sero terdiri dari 4 bagian penting yang masing-masing disebut : penajo (main fence), sayap (wing), badan (body), dan bunuhan (crib). Badan tersebut terdiri dari kamar-kamar (chamber). Banyaknya kamar-kamar bervariasi, tergantung dari ukuran sero. Untuk sero kecil umumnya terdiri 1-2 kamar, untuk ukuran sedang 3 kamar dan untuk sero besar 4 kamar. Panjang penajo bervariasi, tergantung besar kecilnya sero. Untuk sero berukuran besar panjang penajo dapat mencapai antara 300-500 meter. Bagian penajo yang dekat dengan badan sero ± 1/4 sampai 1/3 dipasang kere-kere dari bambu. Kamar-kamar sero tersebut pada bagian depannya dipasang pintu-pintu dari kere bambu yang mudah ditutup dan dibuka pada waktu operasi penangkapan. Di samping bagian-bagian yang disebut penajo, sayap kiri/kanan dan bunuhan masih ada kelengkapan lain yang disebut sisir/ pengiring/pengangsan, sibu-sibu (scoop net).
Cara kerja :
Penajo merupakan bagian yang sangat penting, yaitu sebagai penghalang (penghalau) perjalanan ikan. Ikan yang umumnya berenang menelusuri pantai dan bila berpapasan dengan penajo ia cenderung akan membelok dan berenang menelusuri penajo ke arah tempat yang lebih dalam dan akhirnya terperangkap masuk ke kamar-kamar sero dan terakhir sampai ke bagian bunuhan (crib) dan terperangkaplah. Untuk sero yang dipergunakan di pulau-pulau, pemasangan penajo tidak diletakkan secara tegak lurus dengan pantai tetapi justru sejajar dengan pantai. Bagian sayap atau kaki berfungsi sebagai penghalang atau tepatnya berfungsi untuk mempercepat jalannya ikan masuk ke dalam badan atau kamar-kamar sero. Sisir berfungsi membantu, menggiring ikan-ikan dan kamar terdepan ke kamar dibelakangnya sampai bunuhan mati dan akhirnya pengambilan ikan dilakukan dengan jalan menyerok memakai sibu-sibu (serok) dengan cara menyelam atau dari atas permukaan air dengan menggunakan serok bertangkai panjang.
Sero pada umumnya dipasang di tempat- tempat yang relatif dangkal artinya pada waktu air pasang tergenang air, sedang waktu surut tidak tergenang air dan dalam kesempatan ini sekaligus digunakan untuk mengambil hasil tangkapannya. Hal ini hanya terjadi untuk sero untuk ukuran kecil atau biasa disebut sero kering. Sedangkan untuk sero ukuran sedang lebih-Iebih ukuran besar pemasangannya dapat dilakukan sampai kedalaman antara 10-15 m. Hasil penangkapan sero terutama adalah ikan pantai, tetapi sering juga tertangkap ikan-ikan layaran, atau jenis ikan besar lainnya.
Kisaran harga 1 unit alat tangkap sero Rp. 5,000,000-Rp. 10,000,000.-. Kisaran harga kapal termasuk mesin Rp. 10,000,000-15,000,000.-.
Nah begitulah rangkuman penjelasannya, sekalian saya bagi di sini. Siapa tahu ada yang ingin tahu juga jawaban postingan sebelumnya hehehe
Referensi :
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/detail-dttg/101/sero
http://pnti.info/artikel/2011/05/09/jenis-alat-tangkap-ikan/
http://regional.kompas.com/read/2011/01/12/04161264/Jaring.Sero.Mengatasi.Kesulitan.Nelayan
Semua gambar diambil dari Google :)
Semua gambar diambil dari Google :)
Comments
malah baru tau...
:P
Hihihi...
yang aku tahu sero tuh yang suka menjarah blumbangan orang kampung, hehe
tapi lucu juga kalo dilihat dari atas ya?
cuman koq mahal yaa satu unitnya. hhehe...
Saya baru mengetahui Mba ternyata dari atas terlihat demikian,,.
Sangat pintar pemikiran sang pembuat..
sya baru tahu nich mb...
trims sdh berbagi infonya !
salam kenal dan salam persahabatan !
salam
Sukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
ijin follow dan mohon follback yah....