Ke Pantai Klayar, Pacitan, 20120326
Siapa bilang di Jawa sudah tidak ada pantai yang airnya masih jernih? Coba ke pantai-pantai di daerah karst, seperti daerah Gunung Kidul atau Pacitan, di sana masih banyak dijumpai pantai yang airnya bening, berwarna biru atau hijau yang benar-benar menyejukan mata. Dengan ombaknya yang besar menggulung-gulung, menghantam dan pecah ketika menabrak karang atau cliffnya yang tinggi, membuat kita semakin terpesona, dan mengucap, "wow, subhanallah....cool....". Dan jika difoto, hasil gambarnya bisa dipakai untuk gonta-ganti wallpaper compi dech....
Yup liburan kemarin, ke pantai lagi...ke pantai lagi....
Seperti kita ketahui, negara kita adalah negara kepulauan (archipelago), di mana mempunyai wilayah perairan yang luas, dengan pantai-pantainya yang indah, plus kaya akan keanekaragaman hayati. Jadi nggak heran kan ya...kalau liburan ke pantai lagi...ke pantai lagi... J J J
Sebenarmya suka gunung juga sich, tapi jangan pakai ribet pas pendakiannya hahaha :D
Adikku Ning ingin mengajak temannya yang datang dari Papua jalan-jalan ke Jogja, dan sekalian ke beberapa pantai di Gunung Kidul. Akhirnya aku ikut, dengan menambah 1 hari lagi cuti hehehe
Adiku yang satunya lagi,Ganjar, yang masih menjadi mahasiswa di Jogja mengusulkan agar lebih ke wilayah timur dikit, yaitu ke Pacitan bagian barat. Aku setuju, dan menyarankan agar kita pergi ke daerah yang paling jauh dulu, baru kemudian ke pantai-pantai di Gunung Kidul, seperti Siung, Kukup, dan sebagainya jika waktunya mencukupi.
Kami menyewa sebuah mobil Inova, untuk waktu 24 jam. Karena mobilnya masih longgar, maka diputuskan untuk mengajak lagi teman kuliah adik supaya lebih rame. Rombongan kecil kami berangkat dari Jogja sekitar jam 05.30 pagi, agar kami bisa mengunjungi beberapa tempat sekaligus. Lagipula perjalanan ke Pacitan cukup lama, lebih dari 3 jam.
Dengan semangat, berangkatlah rombongan kecil kami yang berjumlah 7 orang bertamasya...(halah bahasanya, tamasya...!!!).
"Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra. Bersama teman, bertualang..."(Ninja Hatori soundtrack)
Rute yang kami lalui jalannya berkelok-kelok, melewati daerah karst, yang di kenal dengan sebutan Pegunungan Seribu. Terdiri dari banyak sekali bukit-bukit kapur (karts) kecil dengan ketinggian hanya berkisar puluhan meter, bentuknya kerucut seperti tumpeng bulat, teratur susunannya, membentang melewati 3 propinsi, dari Bantul (DIY), Gunung Kidul (DIY), Wonogiri (Jateng) sampai Pacitan (Jatim). Menurut para ahli kebumian, dahulu kala daerah ini merupakan lautan. Kawasan ini terjadi akibat proses pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam.
Karena masih pagi, kabut masih belum beranjak menyelimuti pepohonan. Hmmm...udaranya segar dan sejuk. Kanan kiri hijau semua.... Jalananpun mulus. Propinsi DIY ini memang keren, hampir semua jalan yang kami lewati mulus, tanpa lobang. Mobil yang dikemudikan oleh salah satu teman adik yang bernama Angga, melaju dengan cukup cepat. Lumayan juga nich nyetirnya.
Sepanjang jalan kami berceloteh dan bernyanyi mengikuti lagu di radio, yang semakin ke selatan, sinyal radio on off on off, dan kalaupun mobil kami menangkap siaran radio kebanyakan isinya lagu-lagu campur sari wekekeke. Beberapa tahun yang lalu, waktu masih jadi mahasiswi, aku pernah melewati rute ini. Salah satu rute KKL jurusanku. Tapi waktu itu ada dosen yang menjelaskan semua bentukan lahan (land form) beserta formasi batuannya di daerah yang kami lewati. Sekarang aku berusaha mengingat-ingatnya lagi, banyakan lupanya euy…hehehe.
Salah satu teman kami di belakang rupanya ada yang mabok dan muntah-muntah, mungkin tidak terbiasa naik mobil melewati jalan yang berkelok-kelok seperti kurva itu. Akhirnya kaca mobil dibuka, agar sirkulasi udaranya lebih segar. Wow, langsung dech wush....angin dingin dan segar berhembus ke dalam mobil. Terdengar pula berbagai suara dari dalam hutan dan perkampungan yang kami lewati. Sepi... yang terdengar hanya suara-suara hewan-hewan itu. Agak mengerikan juga.
Kami sempat kesasar, karena adikku Ganjar dan temannya yang satunya lagi Yoga, lupa jalan ketika di persimpangan. Kami nyasar sampai ke pantai atau pelabuhan Sadeng. Tapi sebagai gantinya kami disuguhi pemandangan lembah yang keren banget, kalau tidah salah area itu merupakan kawasan Bengawan Solo Purba, cuma sayang aku tidak sempat memfotonya, karena mobil melaju dengan lumayan kencang. Dan seandainya ingin berhentipun susah mencari tempat parkir karena jalannya lumayan berkelok-kelok.
Angga bertanya "Kok Mbak-mbaknya ini biasa saja ya, ga takut gitu, jalannya kan berkelok-kelok?"
Aku, Ning, ma Kak Meyke (teman kami yang dari Papua) serentak menjawab "Nggak...soalnya kami sudah pernah melewati H.E.A.T road yang lebih mengerikan jalannya, hehehe" (Sombooong… :D)
Walaupun misalnya takut, rasa takutnya kalah dengan rasa penasaran.
Ketika memasuki wilayah Wonogiri, yang notabene masuk Propinsi Jateng, jalan mulai berlobang. Sepanjang jalan kami menjumpai beberapa papan yang isinya "Hati-hati, jalan bergelombang dan berlubang!". Hadeh....ciri khas jalan di Jateng nich, nggrunjal-nggrunjal. Nah ini nich yang akhirnya bikin kepalaku lumayan pusing, selain karena belum sarapan juga. Kami berhenti di sebuah warung makan, karena aku ingin sarapan soto yang segar dan minum teh hangat. Sotonya gak terlalu enak sich, tapi lumayanlah memberikan energi, jadi nggak pusing lagi.
Semakin ke selatan, memasuki wilayah Pacitan bagian barat, jalan semakin sempit dan berkelok-kelok, tapi sudah tidak berlubang lagi. Mungkin karena Sang Presiden berasal dari sini kali ya, jadi jalannya halus? Kami harus semakin berhati-hati, karena kadang kami tidak bisa melihat dengan jelas jalan di depan kami, akankah merupakan sebuah belokan atau turunan tajam, ke kiri atau ke kanan kah? Tiba-tiba saja bisa muncul kendaraan dari arah depan, yang cukup membuat kaget. Jadi pengemudi harus berkonsentrasi. Jalan yang kami lewati adalah jalan yang sama menuju Goa Gong dan Goa Tabuhan. Aku sudah pernah ke sana dulu waktu KKL, melihat stalaktit dan stalakmit.
"Mana nich pantainya, kok gak nyampai-nyampai ya?" ucapku nggak sabar ingin cepat sampai hehehe. "Awas ya kalau pantainya gak keren, jalannya dah jauh banget, mblusuk, plus berkelok-kelok pula!"
"Tenang Mbak, 10 km lagi juga nyampai. Tapi begitu nyampai langsung tarik nafas panjang...Whooaaa...keren..." begitu jawab si Yoga.
Kurang dari satu jam, terlihatlah di kejauhan, sebaris cakrawala biru yang indah. Wuaaahhh....biru lautnya keren banget terlihat dari punggungan jalan yang seperti kurva ini. Sekitar jam 10an siang sampailah kami di tempat tujuan. Pantai Klayar....biru dan hijau, bersiiiiiiiiiiiiiiiih.
Karena waktu itu hari Senin, hanya ada kami saja pengunjungnya, beserta seorang bule dan seorang temannya saja. Di sana sudah ada beberapa warung, mushola kecil dan WC umum. Sayang WC umumnya terkunci pintunya,hikz....
Segeralah kami bermain-main sepuasnya di pantai yang bersih itu. Airnya berwarna biru di tengah, dan hijau di shorelinenya. Ombaknya besar euy...seperti umumnya ombak di pantai-pantai selatan Jawa. Butiran pasirnya besar-besar dan berwarna coklat muda. Walaupun panas matahari sudah mulai menyengat, tapi tak menyurutkan niat kami untuk bermain-main dengan ombak. Kulitku terasa sedikit perih terbakar sinar matahari, apalagi aku tidak memakai sun block. Hitam dech...tapi biarin aja lah...yang penting senang hehehe
Pantainya juga mempunyai karang yang besar, ditambah cliff yang lumayan tinggi. Hantaman terus menerus dari ombak besar Samudera Hindia yang terkenal ganas itu membentuk cliff atau tebing terjal di tepi laut.
Di bagian sebelah timur, di balik batu karang yang besar, ada dataran karang yang tidak terlalu luas, di mana di sana terdapat semburan air laut yang keluar dari bawah karang, seperti semburan ikan paus. Orang sana menyebutnya Seruling Jagat, karena memang terdengar suara-suara alam yang terdengar seperti seruling. Agak mengerikan sich.
Kalau kita tidak berhati-hati di sana , seandainya tiba-tiba saja ada ombak besar datang, kita akan sulit mengindar, karena karang yang kita pijak cukup licin untuk berlari.
Untuk mencapai tempat tersebut kita harus melewati (melipir) pinggiran dinding karang yang besar, dan menunggu ombak surut. Kemudian sedikit memanjat karang, dan taraaaaaaaa....terpampanglah lautan lepas di depan kita, tanpa pelindung, dan kita dapat melihat "Semburan Ikan Paus" (Seruling Jagat) di sini. Kamipun bermain-main dan berfoto-foto di sana . Sejenak kami lupakan semua rasa takut dan bahaya. Kabarnya dulu di tempat tersebut ada 6 orang pengunjung yang meninggal terbawa ombak besar.
Semakin siang ombak semakin besar. Warga
Bersambung.........
Comments
Jadi inget pas kuliah di jogja pernah touring 2x ke pantai2 di gunung kidul, pake nginep segala pula. jadi kangen jogja :D
aku malah belum pernah ke pantai klayar mbak.. kalo pantai sih paling mentok yang di gunung kidul itu.. pacitan cuma numpang lewat doang, itupun tengah malem.. :|
Aku pengen banget ke Pantai di GK yang siung dll itu, belum kesampaian hihi :D
kapan-kapan deh kalo ada yang ngajakin
btw kok pake surat ijin segala ke Plengkungnya?
kalo lewatnya tengah malem, ga liat pemandangannya donk hehehe
kalau ke Jogja, mampirlah ke GK ^^
Tapi kan Gaphe udah nyampai Thailand... :D