Tarian

Mendengarkan siaran radio di pagi hari sambil bekerja, ups salah...bekerja sambil mendengarkan radio sudah merupakan rutinitas sehari-hari saya. Kali ini kebetulan para penyiar radio itu sedang membahas klaim Malaysia tentang tari Tor-Tor dan Gordang Sembilan. Hmmm...ramai pastinya, dan jelas banyak yang kontra dan mengumpat-ngumpat di twitter atau jejaring sosial lainnya. Bukan kali ini saja masalah seperti ini muncul bukan? Sebelumnya sudah ada beberapa kebudayaan Indonesia selain tarian tradisional yang diklaim negara tetangga? Tapi kalau hanya bisa mengumpat-umpat saja tanpa tindakan lanjutan atau tanpa benar-benar tahu masalahnya atau kebenarannya, rasanya kok rada gimanaaa gitoch... Yach, alangkah baiknya kalau masalah ini tidak hanya dilihat secara parsial, tapi secara keseluruhan atau dari berbagai sudut pandang
Tapi ya sudahlah siapapun boleh berpendapat kan ya…??

Saya sendiri kurang begitu paham, kenapa negara tetangga kok sampai mengklaim budaya negara lainnya? Apakah memang negara tersebut tidak punya kebudayaan asli dan sedang mencari jati diri? Atau  memang sukanya bikin ribut? Atau karena sama-sama Melayu, jadi budayanya mirip? Atau karena asimilasi budaya? Atau karena sebab lainnya…. Hmmmm…entahlah…
Tanggapan dari pemerintah negara kita tentang masalah klaim tari Tor-tor bisa dilihat di sini.  Kalau versi Malaysia menurut yang saya baca diinternet sich katanya mereka tidak bermaksud mengklaim, hanya ada pencatatan saja. Mari kita lihat kelanjutan atas masalah ini, semoga mendapatkan penyelesaian yang memuaskan.

Ngomong-ngomong soal tarian tradisional, berapa banyak sich orang asli Indonesia yang menguasai tarian tradisional? Atau berapa persenkah generasi muda yang tertarik dengan tarian tradisional? Dan dari banyaknya stasiun televisi di Indonesia, berapa banyak yang menayangkan tarian tradisional di program acaranya?
Waktu kecil dulu kalau saya tidak salah ingat TVRI mempunyai program yang menayangkan berbagai macam tarian tradisional Indonesia. Sekarang masih ada ngga ya???
O, iya, di radio sang penyiar bertanya  “Sudah pernahkah kamu mempelajari atau sedang belajar tarian tradisional? Tarian apa saja yang pernah kamu pelajari atau tarikan?”
Waktu sekolah jaman dulu, saya pernah belajar tari Gambyong, tari Boneka, dan tari Merak, dan satu tarian lagi, tapi saya lupa namanya hadeeuuuhhh....
Beberapa dipentaskan waktu acara Agustusan (Hari Kemerdekaan RI) di Balai Desa hehehe. Waktu SMA juga ada pelajaran seni tari, tapi sekarang saya sudah lupa sama sekali semua gerakan tarinya hehehe.

Ada kejadian lucu waktu saya menarikan tari Gambyong pada acara Agustusan di Balai Desa yang ditonton warga. Ah sayang saya tidak punya fotonya. Waktu itu masih kelas 1 SD, saya penari paling kecil dan paling muda kala itu. Penari lainnya kebanyakan sekitar kelas 5 atau 6 SD. Nah, ditengah pertunjukan saya terjatuh karena menginjak kain yang saya kenakan. Kainnya kan panjang dan ribet tuch, sampai-sampai kaki saya kesrimpet hahahaha. Akhirnya karena saya malu akibat terjatuh ditengah pertunjukan dan ditertawakan oleh penonton karena mungkin lucu, sontak saya menangis dan tidak mau melanjutkan tarian saya lagi. Tapi bukan berarti saya kapok tampil lagi pada acara Agustusan lho, tahun-tahun selanjutnya saya tetap tampil, entah menari, menyanyi, deklamasi atau apa saja sesuai permintaan guru sekolah hehehe. Waktu kecil sich berani-berani saja tampil di atas panggung, kalau sekarang wuah...bisa panas dingin dan demam panggung tuch. Ngomong di depan bos saja a i u e o.... belibet.........
Sesuatu yang ngga diasah dan dilatih dengan baik memang bisa hilang ya... Hufffff.... Begitu juga dengan kebudayaan kita. Kalau tidak dijaga dan dilestarikan dengan baik, wuah bisa gawat kalau satu per satu budaya tersebut benar-benar diklaim oleh negara lain. Apalagi jika oleh negara tersebut misalnya kebudayaan yang diklaim itu bisa menambah nilai plus untuk negaranya (misalnya untuk promosi pariwisata)…. Huwaaaa betapa ruginya kita….

Sakjane intine postingan iki opo to??? Embuh…!!! Yang jelas saya lagi pengin nonton pertunjukan Matah Ati yang katanya keren banget itu. Tapi…tengah bulan begini, bokek bo… L L L

Comments

Yudi Darmawan said…
saya kesel banget,
lagi-lagi klaim tolol,
saya yang asli Medan gak setuju..!
A. Y. Indrayana said…
Mari kita jaga kebudayaan asli kita Indonesia ... !!!
Anonymous said…
sakjane ya ngomongke tarian, hehehe....
iya, matah ati emang mantaps....
dimas geel said…
Sekarang untuk mengetahui berita netral agak sulit ya. menurut saya itu bisa jadi salah satu pengalihan isu.

event ngeblog: menulis di blog dapet android, ikutan yuk!
Hmmm..., jadi ingat dulu saya juga pernah menari remo di aula sekolah acara perpisahan...
esnugroho said…
Blog Walking-walking ^_^

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Kebunku

Ternyata namanya adalah Sero