Kendala, tantangan, dan hikmah pembalajaran di masa pandemi covid-19

Hidup kita telah berubah karena virus corona. Secara global banyak hal yang berubah, termasuk juga sistem pendidikan. Pandemi COVID-19 telah menciptakan gangguan terbesar pada sistem pendidikan dalam sejarah, mempengaruhi hampir 1,6 miliar pelajar di lebih dari 190 negara dan semua benua.  Dengan pendidikan di seluruh dunia yang berantakan karena virus corona, semakin banyak pendidik yang dipaksa untuk mengajar siswanya dari rumah dengan menerapkan kelas jarak jauh dan pembelajaran jarak jauh secara massal.

Penutupan sekolah dan ruang belajar lainnya berdampak pada 94 persen populasi siswa dunia, hingga 99 persen di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Perubahan cara belajar secara mendadak ini tentu tidak mudah. Banyak orang tua dan para siswa yang mengeluh dengan diterapkan home learning ini. Mungkin pembelajaran online atau jarak jauh atau sekarang ini dikenal dengan sebutan pembelajaran daring sudah ada sejak dulu, tapi pelaksanaannya tidak sebanyak dan semasif seperti sekarang ini. Untuk pendidikan tinggi mungkin pembelajaran online dan jarak jauh tidak terlalu sulit, tapi untuk pendidikan dasar sepertinya masih menyisakan sejumlah persoalan di masyarakat.

Lalu apa saja kendala tantangan pembelajaran di masa pandemi ini?

1. Jaringan internet 
Kendala utama untuk pembelajaran daring adalah jaringan internet. Tidak setiap rumah akan selalu memiliki koneksi internet yang andal. Baik siswa, guru, maupun orang tua mengeluhkan ketidaklancaran jaringan internet jadi kendala utama dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh, terutama untuk area pelosok pedesaan.
Sinyal internet yang lambat atau kurang memadai juga bias menyebabkan para siswa tertinggal dalam mengakses informasi pembelajaran. Akibatnya mereka terlambat dalam mengumpulkan suatu tugas yang diberikan oleh guru.

2. Biaya untuk mengakses internet. 
Banyak guru, siswa, dan orang tua siswa yang mengeluhkan borosnya uang untuk membeli kuota untuk pembelajaran daring. 

3. Keterbatasan keterampilan guru dan orang tua menggunakan teknologi informasi 
Tidak semua guru familiar dengan teknologi yang digunakan untuk pembelajaran daring atau online. Terutama untuk guru yang sudah berusia tua (sepuh). Semakin tua usia guru, maka hambatan dalam pemanfaatan teknologi semakin besar. Banyak yang mengeluh juga pembelajaran daring lebih ribet daripada KBM normal (konvensional) seperti biasanya. Belum lagi bagi guru yang memeriksa banyak tugas yang telah diberikan kepada siswa, membuat ruang penyimpanan gadget semakin terbatas.

4. Keterbatasan waktu orang tua dalam mendampingi anak saat mengikuti pembelajaran jarak jauh.
Ada banyak orang tua siswa yang harus bekerja seharian dari pagi sampai sore, atau bahkan sampai malam, sedangkan pembelajaran daring misalnya dilaksanakan pada jam sekolah seperti biasa.

5. Siswa merasa sulit melaksanakan pembelajaran daring
Banyak siswa yang merasa kegiatan pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada kegiatan pembelajaran konvensional. Disamping itu, materi pembelajaran jarak jauh juga lebih sulit daripada materi pembelajaran tatap muka. Karena semua serba terbatas.

6. Sepinya belajar sendiri di rumah
Belajar dari rumah bisa terasa sepi, tanpa adanya celotehan teman-teman sekolah atau kebisingan ruang kelas. Hal tersebut bisa mengikis keinginan untuk belajar (menurunkan semangat belajar). Tidak ada kerja kelompok, diskusi di kelas, dan aktifitas interaksi secara langsung lainnya. Bagaimanapun juga sekolah merupakan salah satu tempat untuk kita belajar berinteraksi sosial.

7. Kurangnya motivasi pembelajaran online
Kebiasaan belajar bersama teman-teman di kelas tiba-tiba saja berubah jadi belajar sendiri di rumah, misalnya belajar di kamar tidur, di meja makan atau di ruang dapur dimana banyak gangguan mungkin terjadi. Misalnya sedang asyik belajar tiba-tiba harus membukakan pintu karena ada tamu atau tiba-tiba harus mengangkat jemuran karena hujan, dan lain sebagainya. Atau adanya godaan-godaan lain seperti menonton TV atau bermain game, karena kurangnya pengawasan guru atau orang tua.

8. Pembelajaran daring memakan waktu yang lebih banyak
Untuk pembelajaran konvensional sumber utama untuk pembelajaran adalah dari buku teks, dan sebagian guru mempresentasikannya di depan kelas. Sementara untuk pembelajaran daring, lebih banyak yang harus dipersiapkan selain buku teks. Bagaimana intruksi lisan harus diterjemahkan ke dalam dokumen tertulis yang sangat jelas atau membuatnya menjadi video yang interaktif yang menarik, sehingga semua siswa dapat mengakses dan memahami.

Namun di balik masalah dan kendala tersebut, ternyata juga terdapat berbagai hikmah positif yang bias kita ambil, diantaranya adalah:
1. Meningkatnya empati dan pemahaman orang tua terhadap peran guru. Begitu juga guru lebih menyadari betapa pentingnya peran orang tua dalam pendidikan. Orang  tua merupakan mitra penting dalam kesuksesan pendidikan seorang siswa. Guru, siswa dan orang tua sekarang lebih menyadari bahwa pendidikan itu bukan suatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja.

2. Pembelajaran yang dilakukan di rumah, dapat membuat orang tua lebih mudah dalam memonitoring atau mengawasi terhadap perkembangan belajar anak secara langsung. Orang tua lebih mudah dalam membimbing dan mengawasi belajar anak dirumah. Hal tersebut akan menimbulkan komunikasi yang lebih intensif dan akan menimbulkan hubungan kedekatan yang lebih erat antara anak dan orang tua. 

3. Penguasaan siswa, guru, maupun orang tua terhadap teknologi pembelajaran menjadi lebih bervariasi. Mereka menjadi lebih mengenal dan mengetahui media online juga dapat menunjang pembelajaran.  Sarana yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran online antara lain, e-learning, aplikasi Zoom, Google classroom, Youtube, Microsoft Teams, maupun media sosial whatsapp atau facebook. Dengan menggunakan media online tersebut, maka secara tidak langsung kemampuan menggunakan serta mengakses teknologi semakin dikuasai oleh siswa maupun guru.

4. Guru juga lebih kreatif dan inovatif membuat bahan ajar secara online seperti membuat video kreatif dan menarik, sehingga siswa tidak merasa bosan dan mungkin dapat lebih meningkatkan minat siswa untuk belajar.

5. Penggunaan teknologi dalam menyelesaikan tugas pada siswa, juga dapat menimbulkan kreativitas dikalangan siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki. 

Semoga pandemi ini cepat berlalu dan kehidupan menjadi lebih baik lagi. Semoga krisis ini tidak memperburuk kesenjangan pendidikan yang sudah ada sebelumnya dengan mengurangi kesempatan bagi banyak anak, remaja, dan orang dewasa yang paling rentan - mereka yang tinggal di daerah miskin atau pedesaan untuk melanjutkan pembelajaran mereka. Kehilangan pembelajaran juga mengancam generasi ini dan menghambat kemajuan puluhan tahun. Semoga dampak pandemi covid-19 ini terhadap ekonomi juga tidak menyebabkan anak putus sekolah.



Comments

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Ternyata namanya adalah Sero

11.11