Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?
Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?
Meskipun sebagian besar orang belum pernah mendengarnya, Suku Sentinel
yang menghuni North Sentinel Island (Pulau
Sentinel Utara) telah dikenal selama berabad-abad.
North Sentinel Island adalah pulau kecil yang terletak di kepulauan Andaman, sebuah kepulauan di Teluk Benggala (Bay of Bengal), tak berada jauh dari ujung barat laut Aceh, Indonesia. Disebut sebagai pulau yang sulit dikunjungi, karena letaknya yang terpencil serta dikelilingi oleh karang yang tajam, tanpa pelabuhan alami, dan hampir seluruh pulau tertutup hutan lebat.
Letak North Sentinel Island |
Dikelilingi oleh karang yang tajam dan hampir seluruh pulau tertutup hutan lebat.
Foto Pulau Sentinel Utara tahun 2005 |
Pulau tersebut dihuni oleh suku paling primitif di dunia yang disebut The Sentinelese atau Sentineli. Mereka dipercaya merupakan
suku pra-neolitik terakhir di dunia. Selama 60.000 tahun suku tersebut tidak
berinteraksi dengan dunia luar. Selain karena kondisi geografisnya, mereka
menolak semua jenis komunikasi dengan
orang luar pulau dan peradaban modern. Dan selama berabad-abad mereka
melindungi tanah mereka dengan kekerasan jika ada orang luar yang ingin
menjalin kontak dengan mereka. Mereka tidak segan untuk menembaki panah kea rah
pengunjung, termasuk pesawat.
Akibat isolasi yang begitu lama, mereka sangat rentan terhadap virus.
Satu penyakit saja, mungkin bisa memusnahkan seluruh populasi yang diperkirakan
tinggal 50 – 500 jiwa saja. Karena itu
suku Sentinel sangat agresif terhadap pendatang. Hal tersebut membuat mereka
dikenal sebagai komunitas yang paling berbahaya di dunia.
Pada abad ke-13, penjelajah Italia Marco Polo menggambarkan Andaman
dihuni oleh "ras yang paling brutal dan buas, memiliki kepala, mata dan
gigi seperti anjing. Mereka sangat kejam, membunuh dan memakan setiap orang
asing dengan tangan mereka" catat Adam Goodheart dalam The Last Island of
the Savages (2000). Pulau itu sepertinya dilupakan sampai tahun 1867, ketika
sebuah kapal India bernama Ninevah karam di pantai. 106 orang yang selamat
mendirikan kamp sementara dan diserang beberapa hari kemudian. Mereka berhasil
menangkis serangan yang paling buruk, tetapi jika bukan karena kapal uap
Angkatan Laut Kerajaan yang tiba tak lama setelah menyelamatkan mereka, kecil
kemungkinan kelompok yang ketakutan itu akan selamat.
Selama seratus tahun berikutnya pulau itu dan orang-orangnya dibiarkan
sendiri tetapi rumor tentang Sentinel Utara dan penduduknya yang suka berperang
terus beredar.
Suku Sentinel tahun 2004 |
Pada tahun tujuh puluhan, sebagian besar penduduk asli Kepulauan Andaman telah berinteraksi dengan pihak luar atau sebagian diintegrasikan ke dalam modernitas oleh pemerintah India. Dengan pemikiran ini, sekelompok antropolog, kru film, fotografer National Geographic, dan sekelompok polisi bersenjata pergi ke pulau itu pada tahun 1974, berharap bisa menjalin hubungan dengan orang Sentinel menggunakan metode penjajah yang teruji dan benar di seluruh dunia, bersikap ramah dan memberikan banyak hadiah. Sayangnya mereka gagal.
Saat mendarat dan meletakkan barang-barang hadiah seperti boneka, panci dan wajan, kelapa dan babi hidup di pantai, sekelompok penduduk asli mendekati mengacungkan busur dan anak panah yang kemudian mereka tembak ke arah penyusup. Para pendatang yang diserang tersebut segera keluar dengan perahu menuju perairan yang aman. Mereka melihat orang Sentinel menusuk boneka dan babi, dan mengubur hadiah di pasir.
Namun, seorang antropolog berhasil melakukan kontak damai dengan orang Sentinel pada tahun 1991 ketika dia ditempatkan di Kepulauan Andaman.TN Pandit melakukan sejumlah perjalanan ke pulau tersebut selama 20 tahun, mengamati pria, wanita dan anak-anak dari kejauhan sebelum akhirnya berinteraksi dengan penduduk pada tahun 1991. Dalam pertemuan tersebut, sekelompok pria Sentinel secara damai mendekati Pandit dan teman-temannya, dan bahkan naik ke perahu untuk menyentuh semuanya dengan rasa ingin tahu. Pandit membagikan kelapa, yang diambil oleh para anggota suku dengan penuh semangat.
Photo by Christian Caron/Survival International
Ketika helikopter Penjaga Pantai India terbang di atas pulau itu
setelah tsunami 2004, mereka menemukan orang Sentinel dalam kondisi yang baik
dan sama sekali tidak senang melihat mereka - dan sama sekali tidak ragu-ragu
untuk menyerang helikopter dengan busur dan anak panah. Beberapa tahun
kemudian, pada tahun 2006, sebuah perahu pemanen kepiting India terdampar di
pantai, dan suku Sentinel membunuh kedua nelayan tersebut dan mengubur jenazah
mereka.
Mengingat sejarah itu, tidak mengherankan bahwa orang Sentinel melihat turis Amerika John Allen Chau sebagai penyusup ketika dia melangkah ke pulau mereka pada tahun 2018. Mereka mengejarnya dua kali, tetapi ketika dia pergi ke darat untuk ketiga kalinya, mereka diyakini telah membunuhnya. Sekarang tampaknya mereka telah menguburkan jenazahnya, seperti yang mereka lakukan dengan dua nelayan India pada tahun 2006. Pemerintah India sekarang telah membatalkan pencarian jenazah Chau, dengan alasan bahaya bagi personel pencari dan orang-orang Sentinel.
Insiden tersebut telah memicu diskusi tentang perlindungan bagi kelompok yang relatif tidak dihubungi seperti Suku Sentinel. Pandit telah menganjurkan untuk membiarkan mereka begitu saja. Menurut antropolog yang sekarang sudah pensiun, suku Sentinel telah menjelaskan bahwa mereka tidak ingin kontak dengan dunia luar dan baik-baik saja dengan sendirinya. Pejabat India terus mengunjungi pulau itu untuk sensus berkala (yang terakhir pada 2011).
Referensi
https://northsentinelisland.com/
https://en.wikipedia.org/wiki/North_Sentinel_Island
https://en.wikipedia.org/wiki/Sentinelese
https://tirto.id/orang-sentinel-suku-yang-paling-terasing-di-dunia-daAr
https://nationalgeographic.grid.id/
https://northsentinelisland.com/contact-with-the-sentinelese/
Comments