Baca dech...!!! ^___^
Tulisan ini di copas dari Notes seorang teman di facebook. Cerita singkat yang lucu tapi sarat makna. Makasih sobat...sudah di tag-in cerita ini. Sayapun ingin berbagi dengan yang lain, semoga bermanfaat ^_____^
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Satu hari seorang ibu yang baik hati berbelanja ke pasar kota, dan dibelikannya celana panjang untuk anak lelakinya tercinta. Seusai belanja, dia bergegas pulang. Sang anak dengan suka cita mencoba celana itu sementara sang ibu pergi ke dapur membereskan belanjaan dan mempersiapkan makan malam. Tak berapa lama, terdengar teriakan keras.“Ibu ini bagaimana sih? Masak beliin aku celana kepanjangan begini! Kan jelek banget kelihatannya!”“Ooh… tapi lingkar pinggangnya gimana, kebesaran nggak?”“Ya enggak. Tapi kalau kepanjangan begini aku nggak mau pakai!”“Berapa senti lebihnya?”“Sepuluh senti!”Remaja tanggung belasan tahun itu sepertinya pergi keluar. Pintu depan terdengar dibanting. Sang ibu geleng-geleng kepala. Tak ingin mendengar omelan putranya lagi, dia bergegas menuju ruang kerja suaminya yang seorang penjahit. Diambilnya gunting. Lalu kres, kres, kres. Dipotongnya ujung bawah celana itu sesuai ukuran lebih yang disebutkan anaknya. Lalu dengan jarum dan benang, celana bahan berwarna hitam itu di-sum ujungnya. “Beres,” katanya sambil tersenyum/Si anak lelaki pergi ke halaman samping. Di sana ada kakak perempuannya yang sedang merawat kaktus-kaktus koleksinya. Di beberapa pot lain juga ada kamboja Jepang, bonsai dari pohon serut, dan aneka bunga.“Kok cemberut?” Tanya sang kakak sambil tersenyum. “Kenapa?”“Ibu tuh mbak. Masak beliin celana nggak ngerti ukuranku. Kepanjangan sepuluh senti. Jelek banget dilihatnya!”“Oh, gitu aja ngambek. Perbaiki sendiri kan bisa. Sana gih, daripada nggak jelas gitu!”Malas ah. Mau main bola dulu ke lapangan.”Si adik berlalu menuju garasi. Sang kakak yang telah selesai merawat tanaman hiasnya segera menuju ruang dalam. Melewati ruang kerja ayahnya yang kosong, dilihatnya ada celana baru. “oh itu celana yang kepanjangan,” gumamnya. Disempatkannya memeriksa sejenak. Lalu gunting pun beraksi, kres, kres, kres. Tak lupa dijahit ulangnya ujung celana itu dengan jarum dan benang yang tersedia.Si adik kini sudah duduk di jok sepeda motor bebeknya. Dicarinya kunci kontak. Tidak ada. Kuncinya pasti dibawa kakak lelakinya. Ditemuinya si kakak di kamar tidur.“Mas,” katanya sambil mengguncang bahu kakaknya. “Pinjam motor dong!”“Mau ke mana?” Tanya si kakak sambil mengucek mata.“Main bola!”“Jiah… tumben anak cemen mau main bola!”“Yah, daripada suntuk di rumah gara-gara dibeliin celana kepanjangan sepuluh senti!”Kakaknya tertawa. “Siapa yang beliin?”“Ibu”“Ya udah buat aku aja kalau kepanjangan.”“Enak aja. Kan bisa diperbaiki. Lagian lingkar pinggangnya pas kok.”“Tuh, kuncinya di meja.”“OK deh.”Si kakak menggeliat lalu bangun dari pembaringan. Tidur siangnya sudah cukup. Agak sempoyongan dia bangun dan menuju kamar mandi. Sempat mampir ruang makan dan menyambar pisang goreng, dia melirik sekilas ke ruang kerja ayahnya yang terbuka. “Oh itu celana yang kepanjangan,” gumamnya. Dengan gontai dia menuju ke arah celana itu. Sambil sesekali masih menguap dan matanya terasa berat, diambilnya gunting dan, kres, kres, kres. Dipotongnya celana itu sepuluh senti. Dijahit ulang ujungnya. Dan beres. Sang kakak pergi mandi.Si adik baru akan menyalakan motor ketika sang ayah muncul dari pintu pagar. Agaknya pulang dari rumah tetangga.“Mau ke mana?”“Main bola Pak!”“Eh, sebentar. Bapak mau pakai motornya dulu. Mau beli kancing hias untuk baju pesanan seragam TK>”“Wah, nanti ketinggalan dong sepakbolanya.”“Ya sudah sana. Tapi jangan lama-lama/”“Wah nggak bisa Pak. Untuk menghilangkan suntuk gini harus lama main bolanya. Sampai capek.”“Suntuk kenapa?”“Ibu tuh. Masak beliin celana ukurannya kepanjangan sepuluh senti. Kan nggak enak banget dipakainya!”“Nanti biar bapak betulin.”“Nah, itu baru bagus.”“Berangkat dulu ya Pak.”“Ya, hati-hati.”Si bapak masuk ke ruang kerjanya. Dilihatnya celana baru yang teronggok di situ. “Oh jadi celana barunya model selutut. Ini memang kepanjangan sepuluh senti kalau mau model selutut.” Maka kres, kres, kres. Celana itu dipotong lagi, dan dijahit ulang. Menjelang Maghrib, ketika si anak pulang terdengar teriakan membahana,“Aaaa…..celana panjangnya kok tinggal selutut!”
^_^ ^_^ ^_^
Sembarangan mengeluh itu berbahaya. Mengeluhlah hanya pada yang mampu memberikan penyelesaian. Katakan saja, “Ya Allah, aku punya masalah besar.” Dan sebagai variasi yang manis, terkadang ucapkan juga, “Hai masalah, aku punya Allah Yang Maha Besar” ^_^ ^_^
*dari buku yang sangaaaat kereeeeen…… “Dalam Dekapan Ukhuwah” Salim A. Fillah.
Comments
eh tau nggak, salim a fillah tuh kakak kelas saya dulu pas di SMA. beda dua tahun angkatan diatas saya. dulu saya diospek sama dia..
o yach... mungkin juga temennya temen saya juga
mang SMA mana?
ceritanya keren ah, sarat akan makna (halahh).. :D
memang, jika dilihat dari satu sisi merupakan masalah, tapi nikmat yang penuh dengan pelajaran di sisi yang lain..
keren kutipannya mbak..
salam kenal dan salam follow..!
keren :)
nice story. suka deh. :")