Ke Laut Aje
Lebaran di kampung, rasanya belum afdol kalau belum ke pantai. Sebenarnya aku malas ikut hiruk pikuk lebaran, dalam hal ini pergi ke tempat-tempat wisata. Sudah menjadi tradisi di kampungku, orang-orang pergi ke wisata di kala libur lebaran. Sampai saat ini aku heran, kenapa orang-orang harus menunggu lebaran untuk berwisata? Bisa dipastikan, semua tempat wisata penuh. Sepertinya semua orang dan pasar pindah ke sana, karena tempat wisata sudah seperti layaknya pasar, penuh dengan orang yang menggelar aneka macam barang dagangan. Bahkan ada yang berjudi segala, tweweweweng....
Terus terang aku lebih suka di rumah atau keliling kampung untuk bersilaturahmi, daripada pergi ke tempat wisata. Tapi seringnya aku ditegur kalau lebaran hanya di rumah saja. Akhirnya aku menyempatkan satu hari untuk ikut berwisata ramai-ramai bersama saudara dan sepupuku. Ada alasan kenapa aku malas ikut berwisata, diantaranya karena terlalu ramainya tempat wisata, membuatku kurang nyaman dalam menikmati keindahan tempat tersebut. Apalagi jika cuacanya sangat panas. Harga makanan yang dijualpun biasanya mahal dan kurang enak.
Seperti lebaran kemarin aku diajak ke pantai Widara Payung. Dari awal aku memang sudah agak malas ke tempat tersebut, apalagi perginya sekitar jam 9 pagi dari rumah, puanasss. Menurut pengalamanku di tahun-tahun sebelumnya kalau pergi ke sana, pasti aku cuma manyun dan bete. Dan aku sama sekali tidak bisa menikmati keindahan pantainya. Pantai kotor penuh dengan sampah dan keruh, serta terlalu banyak orang. Para penjual makananpun terlalu dekat menggelar dagangannya di dekat ombak, melebihi garis pantai (shoreline). Tipikal orang Indonesia yang kurang disiplin, juga menambah semrawut. Sampah berserakan di mana-mana. Aku hanya bisa bertahan di pantai itu kurang lebih selama 1 jam, itu saja hanya menunggui adik-adikku jajan. Adik-adikku juga ngga mau bermain-main dengan ombak, karena kotor dan panas. Jadi akhirnya kami hanya melihat-lihat dan mengamati tingkah laku orang-orang di sana, dan melihat pertunjukan angklung sebentar, sekitar 2 lagu saja.
Sebenarnya pantai itu mungkin indah, jika tidak terlalu ramai. Pantainya landai, dengan ombak yang besar (ciri khas pantai selatan), dan katanya bisa untuk berselancar juga. Banyak pepohonan juga di sana, bisa untuk leyeh-leyeh menggelar tikar. Tetapi karena semua area sudah penuh, boro-boro mo duduk-duduk atau selonjoran di atas tikar dengan nyaman sambil menikmati semilir angin laut.
Biasanya aku lebih suka datang ke pantai pagi hari atau sore sekalian. Pantai tidak terlalu ramai, dan masih banyak ruang untuk bermain ombak dan duduk-duduk. Udara juga masih segar dan tidak terlalu panas, dan bisa memotret dengan nyaman sunrise dan sunset yang indah, seperti dalam salah satu postingan aku yang berjudul Surup nang Segara.
Karena masih kurang puas jalan-jalan, sorenya kami pergi ke pantai lagi. Kali ini pergi ke Teluk Penyu di Cilacap. Di sana lumayan nyaman walau masih ramai juga. Tapi jangan harap akan menjumpai penyu hidup di sini, kalau penyu kering sich ada di pedagang cinderamata. Waktu aku masih kecil sich, masih banyak penyu-penyu yang berjalan di pasir, tapi sekarang entah ke mana semua penyu-penyu itu, ihikz :(
Area yang aku sukai jika datang ke sana adalah duduk-duduk di piers area 70, dekat dengan area TNI. Biasanya kalau pada hari-hari biasa, kalau aku datang ke sini bersama temanku, kami duduk di ujung piers sambil ngobrol. Panas tidak terasa, karena angin pantai yang berhembus cukup dingin di sore hari. Kalau pantainya sich biasa saja, tapi banyaknya pemecah ombak yang menjorok ke laut, lumayan juga untuk menguji nyali, jalan-jalan ke ujung pemecah ombak yang bolong-bolong membuat lumayan deg-degan juga hehehe. Ombak di Teluk Penyu tidak sebesar di pantai-pantai yang lebih dekat dengan rumahku (Pantai Bunton dan Sodong), karena mungkin terhalang oleh Pulau Nusakambangan dan adanya pemecah ombak.
Area yang aku sukai jika datang ke sana adalah duduk-duduk di piers area 70, dekat dengan area TNI. Biasanya kalau pada hari-hari biasa, kalau aku datang ke sini bersama temanku, kami duduk di ujung piers sambil ngobrol. Panas tidak terasa, karena angin pantai yang berhembus cukup dingin di sore hari. Kalau pantainya sich biasa saja, tapi banyaknya pemecah ombak yang menjorok ke laut, lumayan juga untuk menguji nyali, jalan-jalan ke ujung pemecah ombak yang bolong-bolong membuat lumayan deg-degan juga hehehe. Ombak di Teluk Penyu tidak sebesar di pantai-pantai yang lebih dekat dengan rumahku (Pantai Bunton dan Sodong), karena mungkin terhalang oleh Pulau Nusakambangan dan adanya pemecah ombak.
Di pantai Teluk Penyu juga banyak terdapat perahu dan banana boat yang bisa digunakan untuk jalan-jalan mengelilingi P. Nusakambangan. Tapi sudah lama sekali aku tidak naik perahu-perahu itu.
Aku dan adik-adikku, mirip kan :) |
Foto-foto yang lain :
Dekat P. Nusakambangan |
Keburan |
Comments
Cerita yang esip.Mengalir begitu saja. Mantab..
kalo niat jalan jalan mah mendingan ke pegunungan
ademmm
wah klw lebaran kemarin aku dirumah aja. padahal adek udah mutung2 minta ke Pante Widuri (slh satu pante di Pemalang. soalnya pngalaman tahun kemarin sesak, macet, panas,ngak enaklah.. jadi males klw mau kesitu lagi pas lebaran.
oh ya mba aku punya dua teman yang asal cilacap juga loh.
@Tri Setyo Wijanarko : iya, kalau lebaran sepertinya hampir semua orang plesiran. wah ditunggu postinggan jalan2nya ni mas :)
@Yan Muhtadi Arba : lagi cerah cuacanya, makanya fotonya bening hehehe. btw dah pernah main ke cilacap blm?
@Shudai : iyah B)
dah lama banget gue ga ke pantai. kangen ama aer asin. bosen ama ingus sendiri. buehehehehehehehe
@Sang Cerpenis bercerita : wah, mba padahal asik bgt lho main di pantai. Ya jangan panas-panasan lah Mba... :)
@ReBorn : Baik Ja...lo gimana? aihhh...masih ingusan lewat ketek to...apa sekarang jempolnya juga ingusan? :D
(belum telat kan ucapannya :)
mohon maaf lahir batin juga ya...^_^