20111002 - Part 2

Datang ke suatu kota yang belum pernah dikunjungi rasanya kurang afdol kalau ngga berkeliling. Aku meminta temanku untuk menemaniku berkeliling kota Cirebon dan mencari warung yang menjual nasi jamblang, makanan khas Cirebon yang biasa keluar di acara kuliner televisi. Tapi rupanya aku kurang beruntung karena warung Nasi Jamblang Mang Dul yang terkenal itu tutup. Ya sudah akhirnya kami berjalan ke mal. Wah ada mal juga rupanya di sini, walaupun tidak terlalu besar. Namanya Grage Mal. Kata temanku dulunya tempat itu adalah kolam renang. Mal sangat ramai, mungkin karena hari Minggu kali ya? Kebetulan aku kurang suka kalau berkunjung ke mal jika terlalu ramai, rasanya pusing dan kurang nyaman, jadi hanya berkeliling sebentar saja.

Di depan Grage Mal ada beberapa tenda yang menjual nasi jamblang. Sebagai informasi, nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan ini. Awalnya nasi jamblang ini dibuat untuk para pekerja paksa di zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu lama. Uniknya, akan lebih nikmat dimakan secara tradisional dengan 'sendok jari' dan alas nasi beserta lauk pauknya tetap menggunakan daun jati. (www1.kompas.com)

Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Makanan disajikan secara prasmanan. Jadi ingat nasi kucing, nasinya dibungkus daun dan isinya hanya sedikit, cuma beda bungkus saja. Ada berbagai macam lauk yang bisa dipilih diantaranya ampela ati, perkedel kentang, telur dadar, paru, tahu sayur, semur daging, sate telur puyuh, dan masih banyak lagi lauk lainnya. Ada sambal juga, tapi rasanya manis dan sama sekali ngga pedas. Saya kurang suka sambel yang rasanya seperti itu. Sambelnya juga bukan diulek, tapi cabe besar yang dipotong  kecil-kecil dan tipis.

Menurutku tidak ada yang istimewa, nasinya juga dingin. Karena katanya kalau nasi yang masih panas jika dibungkus langsung dengan daun jati, nasinya akan menjadi berwarna merah.  Rasa nasinya juga biasa saja. Saya biasa makan nasi yang dibungkus daun jati ini sewaktu kecil. Maklum anak kampung. Dulu nenek saya suka mengipas-ipas nasi, sambil diaduk-aduk setelah nasi matang. Nasinya jadi enak. Kalau aku sedang susah makan, ibu akan membungkus atau mengepal-ngepal nasinya dengan daun pisang yang sudah kering atau daun jati jika ada. Rasanya memang enak, aroma dari daunnya membuat rasanya beda dan khas.

Yach yang penting aku sudah mencoba makan nasi jamblang ini, jadi sudah ngga penasaran lagi hehehe. Karena hanya sebentar saja berkeliling, makanan khas yang aku coba hanya itu saja. Ada krupuk mlarat juga sich, tapi aku sudah pernah memakannya sewaktu masih kuliah dulu.

Menurutku tidak ada yang terlalu khas dari kota Cirebon ini, mungkin karena aku hanya berkeliling sebentar saja kali ya? Tapi stasiun kereta apinya besar juga, ada 6 jalur kereta api kalau tidak salah. O, iya bahasanya juga campuran antara Sunda dan Jawa ngapax, hahaha jadi tambah lucu.

Yach, begitulah sedikit ceritaku sehari di Cirebon.  Pulang ke Jakarta naik Cirek lagi, berangkat dari Cirebon jam 18.15 dan sampai Jakarta 21.15. Hmmm….boleh juga keretanya tepat waktu. Temanku bertanya “ Emangnya ngga cape bolak-balik gitu?”
“Udah biasa, masih lebih cape pas kejebak macet total kok hihihi” begitu jawabku. Jakarta dengan segala keruwetan dan permasalahan bahkan kekejamannya, membuatku kuat kok J J


Nasi Jamblang

Comments

Tarry Kitty said…
wah bnyk sekali pilihan lauknya hehe
ria haya said…
iya, tinggal siapin aja duitnya :)
makmalf said…
makanannya enak tuh kayanya..
pemain kampoeng said…
pasti nikmat sekali y mbak makan nasi dengan bungkus daun seperti itu, jaman sekarang kan sudah agak susah nyari daun2an,

salam dari malang,
al kahfi said…
makan di piring di alas daun emng bisa beda ,dan makin enak rasanya
Anonymous said…
nasi jamblang enak,tapi entah kenapa ni lidah lebih cocok ma nasi lengko haha

Salam,
Kevin
Blog : www.nostalgia-90an.com
Nostalgia Segala Sesuatu pada Tahun 90an.
Dihas Enrico said…
hmmm.....
enak ni kayaknya...
:)
cona donk dikirim ke saya...
:P
Unknown said…
oh spt itu toh nasi jamblang. wah di Jakarta ada yg jual gak ya..pengen cobain nih. saya juga suka nasi yg dibungkus daun,jadi berasa wangi

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Ternyata namanya adalah Sero

11.11