Tidak Menerima Gopekan

Mendung sudah sangat tebal menggantung di langit sewaktu saya keluar dari kantor. Baru saja beberapa langkah keluar dari gedung, brez…hujanpun mengguyur bumi. Saya cepat-cepat memakai payung, dan berjalan cepat menuju tempat saya menunggu angkot, sebelum hujan semakin lebat dan macet melanda jalanan ibukota. Salah satu teman saya memanggil dari belakang, dan meminta pulang bareng. Sayapun menyuruhnya bergegas menyusul saya yang sudah jalan duluan.

Begitu sudah di dalam angkot, hujan semakin lebat. Sayapun berdoa semoga ketika turun dari angkot nanti hujan sudah tidak selebat ini. Alhamdulillah jalan belum terlalu macet.
Sewaktu sampai di perempatan Republika, masuklah seorang anak cowok berusia ABG, mungkin seusia anak SMA. Pakaiannya basah kuyup. Huhh…anak ini lagi. Kerjanya ngomel-ngomel ga jelas meminta-minta uang ke penumpang dengan memaksa/memalak. Kata – katanya kasar dan tidak enak di dengar. Saya sudah beberapa kali menjumpai anak ini di angkot. Walaupun sebel, saya biasanya tetap ngasih uang ke anak ini. Saat itupun saya mengubek-ubek tas, mencari gopekan atau ribuan. Saya menemukan gopekan berwarna kuning. Dan sewaktu anak itu mengulurkan tangannya, saya memberikan gopekan itu. Tapi apa yang terjadi? Anak itu tidak menggenggam recehan itu, dan sengaja meluncurkannya hingga terjatuh di dekat kakinya. Dan dia hanya menerima lembaran ribuan yang diberikan oleh ibu-ibu di depan saya. What!!! Sambil sinis dia berkata pada saya “ Ambil lagi uangnya!” seolah-olah dia tidak mau diberi gopekan.

Saya membiarkannya  beberapa saat, menunggu apakah anak itu mau mengambil limaratusan di dekat kakinya itu. Ternyata tidak. Maka saya mengambilnya sendiri, sambil menahan geram. Saya ingin menunjukan bahwa saya tidak akan membuang gopekan itu begitu saja. Lima ratus rupiah masih berharga. Anak itu mencadongkan tangannya lagi meminta uang yang barusan saya ambil sambil tertawa. Karena saya kesal, gopekan itupun kembali ke tempat asalnya, di salah satu sudut tas. Dengan menahan marah saya berkata dengan nada tajam“Tadi saya ngasih lho Mas, kenapa dibuang?”  
Selama kejadian itu, semua yang berada di dalam angkot diam saja, kecuali teman saya yang berusaha menahan saya agar tidak meledak amarahnya karena kesal. Anak itu berkata tentang harga diri yang menurut saya salah kaprah. Lagian, punya harga diri kok minta-minta. Karena saya tidak mau ikutan edan, saya hanya diam saja tidak menanggapai ocehan anak itu. Saya maklum saja, mungkin kehidupan jalanan memang keras.

Setelah anak itu turun, orang-orang di dalam angkot baru bersuara. Anak itu memang menakutkan, lebih mirip preman daripada peminta-minta atau pengamen. Saya sebenarnya agak takut juga sich, tapi karena kesal, keberanian saya untuk melototin anak itupun muncul hehehe.

Beberapa tahun lalu saya hanya tertawa saja ketika salah seorang teman saya memberikan beberapa recehan ratusan kepada pengamen, tapi malahan recehan itu dibuang dihadapan teman saya itu. Tentu saja teman saya itu kesal bukan main. Eh, sekarang saya mengalaminya sendiri.

Hadeh….padahal kalau recehan-recehan tersebut dikumpulkan lama-kelamaan juga menjadi banyak. Bayangkan misalnya dalam satu angkot ada 3 orang saja yang memberikan receh lima ratusan. Dan dalam satu hari misalnya ada 50 angkot yang lewat (Ingat Jakarta bo…angkotnya buanyak….) Dalam satu bulan misalnya dihitung 25 hari kerja (5 harinya libur). Berapa pendapatannya coba? Rp.500; x 3 x 50 x 25 = Rp. 1.875.000; Lumayan kan….lebih dari UMR to? Atau ingat “Koin untuk Prita” itu berapa coba jumlahnya?

Besok kalau ketemu dengan anak itu lagi, saya tidak akan repot-repot mencari recehan di dalam tas apalagi ribuan, ogah. Biarkan saja kalau anak itu ngoceh ga jelas. Untuk yang lainnya saja, yang tidak membuang-buang rejeki dan bisa menghargai yang sedikit.

Comments

Dihas Enrico said…
wah luamayan jg ya....
:P
daripada lumanyun....
ria haya said…
asli gue manyun abis
kehidupan jakarta emang kejam ya mbak.. disini juga sering sih sepertinya terjadi kayak gitu.. tapi biasanya kalo pas ada sepakbola alias persebaya main.. tuh bonek pada nongol semua nggak punya sopan santun sama sekali.. ntah malakin, ntah bikin rusuh di jalan, atau apalah..

saya juga pernah kejadian ada orang minta uang di angkot.. waktu itu di medan, saya baru datang dari pematang siantar. tiba2 ada orang yang mintain duit ke setiap penumpang.. dan nggak tanggung2, orang ini mintanya dua ribuuu! katanya buat ongkos.. kalo penumpang ada 8 x 2.000 = 16.000. padahal ongkos cuma 3.000. otomatis nggak saya kasih, cuma saya pelototin aja.. walaupun dalam hati serem juga sih, wong lagi di kampung orang.. :D
ria haya said…
wah lebih parah...
16.000ribu x 10 angkot x 25 hari = Rp 4 juta
orang kantoran kalah dech, wekekekeke
Tarry Kitty said…
Masih untung dikasih 500 ga usah kerja ya, ga bersyukur sekali. Saya dapat 500 masih harus belanja n nunggu toko seharian :).
lang lang blog said…
salut mbak atas keberaniannya itu
ria haya said…
Betul Mba...
Minta aja pake nawar yo mba, hadeuhh
ria haya said…
hehehe, kesal soalnya Pak
dv said…
iihh saia yang baca aja kesel, apalagi mbak yg ngerasain yah.
ngapain dy minta2 klo ga bs ngehargain pemberian orang..heuh *jadiikutesmosi
A. Y. Indrayana said…
Sombong sekali...

Tanda nggak bersyukur tuh bocah,,,
A. Y. Indrayana said…
ga usah capek2 melamar kerja tuh ya :D
ria haya said…
hahaha, iya
ria haya said…
500 jg masih dapat permen, lumayan buat emut2 biar ga ngantuk hehehe
ria haya said…
waduh... kalo mba dv ikutan emosi, berarti cerita saya tersampaikan dg cukup baik yah? :)
ria haya said…
iyah...
don't try at everywhere dech, not just at home :)

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Kebunku

Ternyata namanya adalah Sero