Menguping Obrolan saat Maksi

Waktu makan siang kemarin di warung dekat kantor, teman makan saya begitu asik dengan HPnya ketimbang dengan makanannya atau lingkungan sekitarnya. Jadi tidak terjadi interaksi di antara kami, dengan kata lain tidak mengobrol alias saya dicuekin. Karena itu saya konsen saja dengan makanan saya, sambil mengamati wajah-wajah pengunjung lain di warung makan ini. Sayapun mendengarkan atau menguping beberapa obrolan mereka. Bapak-bapak di meja depan saya bercerita tentang tanah dan investasinya. Dia bilang sekarang susah sekali menemukan tanah atau rumah di pinggir jalan yang dijual. Iya lah...sekarang hampir semua orang sadar, lahan di pinggir jalan raya adalah uang, karena lahan tersebut bisa digunakan untuk bisnis. Ibaratnya kalau di Jakarta, sedikit lahan di pinggir jalan saja sudah bisa untuk jualan minuman atau makanan kecil dengan hasil penjualan dan untung yang lumayan.

Kemudian datanglah dua orang bapak-bapak dan duduk di sebelah saya, karena meja lainnya telah penuh. Sayapun beralih mendengarkan pembicaraan dua orang sebelah saya ini. Rupanya mereka sedang membicarakan kasus penipuan oleh KLB yang sedang marak diberitakan di berbagai media. Dan dua orang saudara salah satu orang di sebelah saya ini menjadi korbannya. Tapi investasi saudaranya itu hanya beberapa juta, karena mereka hanya ikut paket yang kecil.
Menurut yang saya dengar, jika kita menginvestasikan uang di koperasi itu sebesar 5 juta rupiah maka akan dapat pengembalian keuntungan sebesar 1,6 juta ditambah bonus lain, misalnya berupa sembako atau daging. Jika dihitung 1,6/5*100% = 32 %
Wow, siapa yang tidak tergiur coba mendapatkan profit sebesar itu. Entah cerita itu benar atau tidak, saya tidak tahu.

Hmmm... setelah melihat beritanya sendiri di televisi, saya sempat kaget juga ternyata dana masyarakat yang terhimpun di KLB mencapai nilai trilyunan rupiah, dan nasabahnya berjumlah sekitar 125 ribu dari berbagai daerah. Padahal koperasi itu baru berdiri di awal 2011. Wow...!!!

Kasus penipuan berkedok investasi semacam itu sepertinya tidak hanya terjadi di KLB. Beberapa kali saya mendengar beberapa teman dan tetangga juga pernah mengalaminya. Salah satu teman belum lama ini juga tertipu hingga 15 juta rupiah (sepertinya sich bisnis invetasi pulsa), dan juga cara investasinya mirip dengan KLB. Bahkan salah satu teman saya yang lain, beberapa hari yang lalu menawarkan hal yang sama. Dia bilang jika kita mau menginvestasikan uang kita sebesar 1 juta rupiah, maka kita akan mendapatkan bagi hasil keuntungan sebesar 200 ribu rupiah, berarti sebesar 20 % dari modal yang disetorkan. Karena saya memang sedang banyak kebutuhan, dan pada dasarnya memang tidak tertarik, lebih baik saya tolak secara halus saja tawaran tersebut. Reksadana saja saya belum tertarik (karena belum mengerti sepenuhnya dengan sistemnya), apalagi yang seperti ini.

gambar nyomot di sini
Saya jadi berfikir, kenapa bisa terhimpun dana masyarakat yang begitu besar di KLB? Apakah karakter masyarakat kita begitu mudahnya tergiur dengan untung besar, tanpa usaha? Bisakah karakter itu juga disebut sebagai suatu ketamakan atau keserakahan? Lah iya to, ibaratnya kita tinggal menyetor sejumlah uang, terus kita tinggal menerima untung bersihnya saja setiap bulan tanpa melakukan apapun. Mungkin semakin banyak uang yang disetor, maka semakin banyak untungnya. Tapi tahukah atau ingatkah mereka tentang slogan "high return, high risk" atau sebaliknya. Atau dipikir logisnya saja, profitnya itu kan di jauh di atas bunga bank, apa mereka tidak berpikir kalau itu mungkin saja penipuan. Namanya bisnis juga pasti naik turun, tidak selamanya untung, masa iya kita akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar itu setiap bulannya. Iya sich, mungkin dana dari masyarakat itu oleh KLB diinvestasikan di berbagai bidang jadi bisa subsidi silang antara untung dan ruginya. Tapi  tidak adakah rasa curiga sebelum berinvestasi? Atau semua kekritisan atau analisis sebelum berinvestasi, sudah tertutupi demi mendengar keuntungan yang menggiurkan itu tanpa kita perlu bersusah payah bekerja keras? Dan ataukah memang pengetahuan masyarakat kita tentang keuangan dan invetasi memang masih sangat kurang? Embuh….

Sebenarnya kita bisa belajar tentang keuangan dan investasi dari berbagai macam media. Salah satunya dari radio. Sekarang ini banyak radio yang mempunyai program siaran tentang perencanaan keuangan dan investasi, disertai  berbagai macam tips (do’s and don’t) untuk mengatur keuangan kita di berbagai macam kondisi. Bahasanya juga cukup mudah dimengerti dan dibawakan dengan enjoy dan gaul hehehe. Mungkin dari sana setidaknya kita akan mendapatkan pengetahuan dasar tentang resiko dan investasi.

Jadi yang nipu memang pintar, kreatif, dan hebat? Ataukah yang ditipu (investornya) yang bodoh??? Atau memang sedang apes saja kena tipu? Entahlah.... semoga kasus seperti itu tidak menimpa diri saya dan kita semua. Waspadalah…waspadalah!!!!

Comments

ReBorn said…
takjub gue ama tampilan blog lu sekarang. ajib banget mbak... :)
ria haya said…
hehehe...tampilannya doank ya? ngga sama isinya sekalian :D
Desa Cilembu said…
kasiahn dengan yang tertipu yah...sudah mah punya uang segitu-gitu nya, berharap untung, malah linglung.

blog bagus dengan isi yang daleeem.
salam hangat dari desa, semoga sehat selalu
ria haya said…
hehehe...terima kasih, salam hangat juga ^_^

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Ternyata namanya adalah Sero

11.11