Naik Kopaja AC

Kopaja AC

Sudah sekitar beberapa bulan ini saya ke kantor menggunakan Kopaja AC S602. Sebelumya saya hampir selalu menggunakan Metromini 75 untuk perjalanan pulang pergi dari kos ke kantor. Tapi jika menggunakan metromini saya harus berangkat lebih awal, maksimal jam 06.30 dari Pasar Minggu menuju kantor saya di Jl. Gatot Soebroto. Turun di Mampang Prapatan kemudian jalan kaki sekitar 15 menit. Jika berangkat lebih dari jam 06.30 maka siap-siap telat, karena jalur yang dilewati merupakan jalur padat kendaraan dan seringkali macet parah, sehingga terkenal dengan sebutan jalur neraka.
Kadang-kadang saya naik busway, tapi harus transit di halte Kuningan Timur, dan mengantri busway lagi di halte Kuningan Barat yang jurusan ke Slipi atau Grogol. Akhirnya saya mencoba naik Kopaja AC S602, kebetulan lewat depan kantor saya. Lumayan mahal sich, tetapi tidak perlu jalan dan transit lagi.

Pada awal pengoperasian, Kopaja AC terasa nyaman, dan  membuat saya merasa 'wow'. Tetapi makin lama ternyata makin kurang nyaman. Sama saja dengan angkutan umum yang lain, hanya berbeda AC-nya saja dan tidak ada pengamen. Penumpang sudah berjubel dah kepenyet-penyet masih saja dipaksakan untuk nambah penumpang. Kernet bis cerewet sekali dan bawel.
"Geser-geser, masih kosong" teriak kernet. Geser kemana lagi Bang...?! Walaupun sudah diprotes oleh penumpang, bahkan tak jarang terjadi adu mulut.
Karena saking penuhnya kadang sampai memakan korban. Ada ibu-ibu yang pingsan, mungkin pusing dan kehabisan oksigen.

Tapi walaupun naik S602 kadang penuh perjuangan dan menyebalkan, saya belum kapok. Karena lebih cepat dan menghemat waktu serta tenaga. Tidak mengapa walau agak kepenyet-penyet, asalkan masih bisa berdiri.
Di waktu pagi hari (rush hours) bis sangat penuh, tapi masih lumayan wangi penumpangnya. Tetapi jika pulang kantor, beuh....pusiiing. Sudah tidak wangi lagi. Apalagi jika berdiri di area belakang yang isinya banyakan laki-laki, ampuun. Makanya tak heran jika banyak dijumpai penumpang yang memakai masker.


Yang bikin sebel jika naik Kopaja AC :
  1. Kepenyet-penyet. Bis sudah super penuh, kernet masih memaksa menaikan penumpang. Sampai kadang pintunya tidak bisa tertutup, ngeriii bo....
  2. Sudah tahu bis super duper penuh, masih saja ada mba-mba yang buka tablet, hp atau gadgetnya yang lain di depan pintu. Ngeri saya melihatnya, jika tiba-tiba pintu terbuka. Terus dia tidak mau pegangan, nah kalau bis lagi oleng atau mengerem mendadak jadi terdorong-dorong dech, penumpang lain juga yang rugi nahan berat badan dia. Terus gak mau minta maaf lagi karena sudah merugikan yang lainnya.Tepok jidat
  3. Ada penumpang yang mematikan AC, seringnya mba-mba lagi. Namanya juga bis AC, ya ada ACnya lah. Kan jadi panas kalau ACnya dimatikan. Kenapa juga dia naik bis AC dan berdiri di depan AC? Tepok jidat lagi
  4. Tidak mau bergeser, padahal masih longgar. Kasihan euy, penumpang yang di depan pintu. Apalagi jika pintunya tidak bisa tertutup.
  5. Kru bisnya kadang kurang menyenangkan. Sopir ugal-ugalan, dan kernet suka memaksa serta kasar. Kadang bahkan masih ABG. Jika ditegur karena bis sudah sangat penuh malah mengancam. " Ya sudah turun saja, jangan naik angkutan umum, naik taksi ajah". Ya bukan gitu juga kaliii...
  6. Nyetirnya ugal-ugalan, seperti bukan membawa manusia hidup. Pernah ada bapak-bapak negur karena sopir dah keterlaluan nyetirnya ngebut balapan, eh malah bapak yang negur ditantangin duel di terminal, atau disuruh turun di tengah jalan. Padahal sudah malam. Ini sopir bus jangan-jangan preman mabuk?

Yang bikin senang jika naik kopaja AC:
  1. Karena terintegrasi dengan jalur busway, bebas macet dan lebih cepat sampai ke tujuan
  2. Tiket Kopaja AC 602 dijual seharga Rp 5.000. Tiket dapat dibeli di halte Transjakarta. Jika telah membeli tiket Kopaja AC, maka kita juga dapat menggunakannya untuk naik transjakarta.
  3. Jika tiket Kopaja tidak ada cap tanggal-nya, maka bisa digunakan untuk keesokan harinya lagi

Dalam pengoperasian pertamanya memang Kopaja AC ini terkesan eksklusif karena bersih dan ada fasilitas Wifi. Sopir dan Kernet juga rapi dan ramah.
Tapi sekarang ketika jumlah armadanya bertambah banyak sepertinya sudah tidak senyaman dulu. Kalau keadaan begini terus, rasanya masih jauh transportasi publik yang nyaman di Jakarta ini.


#curhat#late­post

Comments

Popular posts from this blog

Tahukah Anda tentang Suku Sentinel ?

Ternyata namanya adalah Sero

11.11