Berusaha Seimbang
Sebelum tidur curhat dulu hehehe
Postingan lama #latepost
Seberapa lama sich kita setiap harinya menghabiskan waktu di
depan layar? Entah itu layar handphone, komputer, laptop, atau televisi?
Sewaktu masih bekerja kantoran dulu yang jelas 8 jam dalam
sehari wajib di depan layar komputer. Di kantorku yang pertama malah login ke
software yang dipakai minimal harus 7,5 jam. Jadi perusahaan hanya mentoleransi
kurang dari 30 menit (0,5 jam) saja. Lebih dari itu maka akan ditanyakan waktu
yang digunakan untuk apa saja? Dan alasannya harus bisa dipertanggung jawabkan.
Setelah pulang kerja, masih membuka laptop, karena harus mengerjakan tugas
kuliah. Paling tidak 2-5 jam. Sambil menonton televisi. Kerja sambil kuliah itu
memang sangat melelahkan. Belum lagi melihat handpone serta membaca buku,
majalah, dan bacaan lainnya. Wajar saja jika saya akhirnya harus memakai
kacamata.
Ketika pindah perusahaan, tidak jauh berbeda. Bedanya saya
sudah lulus kuliah dan jarang membaca buku. Tapi tetap saja mata hanya
beristirahat beberapa jam saja ketika tidur. Beban kerja bertambah banyak, dan
itu berarti semakin lama mata menatap monitor. Kehadiran smartphone yang
semakin canggih, membuat kita kadang-kadang tambah lama menatap layar handpone.
Grup BBM dan WA waktu itu sedang jadi tren. Pada awalnya saya tidak
ikut-ikutan. Tetapi karena desakan dari sana-sini dan karena kebutuhan akhirnya saya membeli handphone baru (eh smartphone
atau android yah? :D ). Itupun saya membelinya menunggu bonus pertama saya cair. Smartfren
Andromax U Limited Edition. Kubeli di Cellular Show d JCC, mumpung banyak
promo. Lumayanlah... dengan harga hanya 1,5juta, menurutku sudah cukup canggih
fiturnya. Hampir 3 tahun saya menggunakan HP itu sampai sekarang. Walau sudah
agak sering error, tapi saya masih enggan menggantinya dengan yang baru.
Dan begitu ikut grup...otomatis setiap kali membuka HP,
jumlah pesan sangat banyak. Saya bukan tipe orang yang ‘sadar’ HP. Dari waktu saya
masih bekerja di perusahaan lama, HP biasa disilent, agar tidak mengganggu
konsentrasi bekerja. Bahkan getarnyapun saya matikan. Jadi kadang kalau ada telponpun saya tak tahu
hahahaha. Sering tidak terangkat jika sedang konsentrasi melakukan sesuatu.
Kalau itu telepon penting pasti mereka akan berusaha menelepon lagi. Bos biasanya akan
menelepon ke telepon kantor di meja sekretaris atau telepon asisten manajer,
dan mereka akan memanggil saya untuk menerima telepon.
Saya hanya memberikan perhatian penuh ke HP saya jika
menunggu kabar penting, misalnya menunggu panggilan kerja huehehehe.Semua notifikasi grup juga saya silent (mute 1 year). Saya
akan membacanya jika ingin saja. Herannya adalah grup rame malah pada waktu jam
kerja. Sampai saya berpikir, mereka nih pada kerja atau engga sich?
Hadeeuuhh...
Jika notifikasi pesan di grup terlalu banyak, dan saya
sedang sibuk dikejar deadline maka saya tidak akan membacanya. Hanya melihat
sekilas saja. Jika ada teman yang mempunyai urusan penting dengan saya,
tentunya dia akan mengirim private message atau telepon langsung.
Saya akan membaca grup jika load pekerjaan tidak terlalu
banyak, atau saya sedang sebal terhadap sesuatu atau sangat jenuh saja. Gila
kerja? Tidak juga. Saya hanya berusaha profesional dan bertanggung jawab.
Dan ketika tidur, saya berusaha untuk mematikan koneksi
internet atau data agar tidak terganggu. Kecuali jika memang saya sedang ingin
chat atau ngobrol dengan teman-teman.
Saya tidak mau terlalu asik dengan gadget saya sendiri
hingga melupakan dunia nyata. Dimana-mana orang menunduk, memakai earphone,
seolah tidak peduli dengan sekitarnya. Di bis dan kereta yang penuh, di jalan
yang ramai, dan lain sebagainya. Kadang saya juga melakukannya, tetapi saya
tidak ingin hal tersebut menjadi kebiasaan.
Waktu bekerja di Jakarta saya sering berfikir, apa yang saya cari dengan ini semua? Kehidupan sosial bermasyarakat yang nyata seperti menghilang. Bahkan di kos kebanyakan orangnya sekarang cuek-cuek. Saya juga bukan termasuk sosialita Jakarta.
Jenuh tingkat tinggipun menghampiri saya. Dan akhirnya saya
memutuskan untuk benar-benar pulang kampung. Kebetulan waktu itu mendapat
tawaran kerja dari beberapa teman, tapi saya hanya ingin pulang kampung, jadi
saya menolaknya. Saya ingin ganti
suasana dan kembali hidup normal bermasyarakat. Bahkan tawaran proyek di
Malaysiapun saya tolak. Saya benar-benar merasa lelah dan ingin menyingkir dulu
ke pedesaan. Heran, di saat saya ingin kembali ke desa, malah datang tawaran
kerja.
Tapi alhamdulillah, teman saya sekaligus mantan bos
menawarkan proyek di Jawa, dan saya bisa mengerjakannya dari rumah dengan tim
saya sendiri. Pekerjaan itulah yang sekarang saya lakukan. Memang tidak setiap
bulan gajian, tapi setidaknya saya masih bisa menabung.
Kembali lagi ke smart phone atau HP.
Setelah kembali ke desa, saya belajar menyesuaikan diri lagi
hidup bermasyarakat. Individualis ala kota harus dibuang jauh-jauh. Walau
kehidupan ala kota dan kekinianpun sudah memasuki desa. Anak-anak ABG hampir
semuanya mempunyai smartphone, dan warnet hampir selalu penuh. Selfie di
mana-mana. Ampooon....
Di rumah saya berusaha untuk tidak terus menerus menatap
layar, kecuali jika memang dikejar deadline tanpa bisa ditawar, mau tidak mau membawa
saya kembali ke kebiasaan di Jakarta. Lembur menatap monitor. Tapi menatap
layar HP dan televisi dikurangi. Tidak mudah memang, tapi diusahakan. Usaha saya
diantaranya adalah :
- Meluangkan waktu lebih banyak untuk mengobrol dengan keluarga atau lainnya tanpa memegang atau menatap layar gadget. Saya sendiri suka sebal jika sedang mengobrol dengan teman, tetapi dia bolak-balik menatap layar HP, dan saya harus menghentikan obrolan ketika dia asyik dengan gadgetnya. Jadi kadang saya merasa dicuekin. Yah sepertinya memang benar, smartphone itu menjauhkan yang dekat, dan mendekatkan yang jauh.
- Tidak membawa gadget kemana-mana, karena akan mengalihkan fokus pada apa yang sedang kita kerjakan. Di rumah saya meletakan HP di kamar, dan masih dalam keadaan silent. Saya tidak mau terganggu dengan semua notifikasi pesan dan medsos. Saya akan membacanya jika saya ingin. Dan hanya mengeceknya sesekali saja jika ada yang penting atau waktu luang. Dan jika ada missed call, saya akan menelepon balik atau mengirim private message. Jika nomer tidak dikenal, akan saya biarkan saja. Soalnya seringnya dari penawaran kartu kredit atau asuransi. Jika penting pasti dia akan mengirimkan pesan. Hahahaha
- Saya membawa HP jika bepergian. Itupun internet saya matikan, karena baterai boros. Saya malas membawa power bank. Berat! Saya membawa HP jika sedang bepergian lebih sering untuk memotret pemandangan atau suatu hal yang menurut saya tidak biasa. Tentu saja hal yang utama adalah untuk menelepon dan menerima jika ada hal yang penting. Jika ada BBM atau WA saya akan membacanya jika sekiranya baterai HP masih cukup penuh. Saya lebih suka melihat pemandangan atau melihat tingkah laku orang lain, daripada hanya sibuk menatap layar HP. Sayang juga kalau ada orang ganteng lewat, kita melewatkannya begitu saja gara-gara asyik dengan layar HP wkwkkw. Walau saya bukan orang yang supel, tetapi jika diajak mengobrol saya akan berusaha menanggapinya. Kecuali jika saya tidak suka temanya ahahaha
Yah
pada intinya gadget digunakan seperlunya untuk hal yang bermanfaat atau hiburan
saja sesekali, tanpa lupa untuk bersosialisasi (interaksi sosial). Jangan
sampai kita diperbudak. Saya tidak anti internet atau smartphone, karena saya memerlukan koneksi internet jika sedang
bekerja.
“Smart phone and dumb
people”
Hmmmm...jangan sampai dech
“When you’re too busy looking down, you don’t
see the chances you miss
So look up from your phones, shut down those displays
We have a finite existence, a set number of days
Don’t waste your life getting caught in the net
because when the end comes, nothing’s worse than regret”
So look up from your phones, shut down those displays
We have a finite existence, a set number of days
Don’t waste your life getting caught in the net
because when the end comes, nothing’s worse than regret”
Comments