Bukan Rindu, Hanya Kenangan yang Tak Pergi
“Ada yang tak ingin kita ingat, tapi diam-diam tubuh menyimpannya lebih baik dari ingatan.”
— dari ingatan yang tidak pulang
Kadang, tanya itu datang tanpa aba-aba.
Apakah ia pernah tahu, walau sejenak, apa yang bergemuruh dalam hatiku?
Akhir-akhir ini, bayangnya kembali menyelinap. Pelan, nyaris tak terasa—seperti angin malam yang lewat di antara jendela yang tak rapat. Bukan karena aku memanggilnya. Bukan karena rindu.
Aku hanya teringat.
Dan dari sekian banyak yang pernah datang dan pergi, hanya dia yang sulit benar untuk kulupakan.
Aku tidak menginginkan pertemuan ulang. Bahkan dalam mimpi pun, rasanya aku ingin ia tetap jauh.
Tapi ada satu hal yang masih tinggal—tatapan itu.
Satu pandang mata yang pernah memulai semua kerumitan ini. Tatapan yang tak pernah benar-benar pergi, meski waktu terus berjalan, dan aku terus mencoba berpaling.
Dia pernah melihatku seperti dunia sejenak melambat. Tidak hanya memandang, tapi seolah memahami tanpa perlu aku menjelaskan apa pun.
Tatapan yang datang bersama senyum yang tenang, dan rasa percaya yang tidak pernah kuminta, namun ia beri seolah aku pantas memilikinya.
Entah bagaimana, aku mengingatnya bukan karena ingin kembali, tapi karena tak semua hal bisa selesai hanya dengan pergi.
Kini, aku tak menunggu siapa pun untuk menggantikannya. Aku hanya berharap, suatu hari, akan ada seseorang yang membuat langkahku lebih ringan, bukan untuk menghapus, hanya agar aku tak perlu menoleh lagi ke masa lalu setiap kali senja datang membawa bayangan yang belum usai.
Karena ini bukan tentang rindu..Ini tentang sesuatu yang pernah tinggal terlalu lama—hingga jejaknya tak bisa hilang,.hanya bisa diterima sebagai bagian dari yang pernah ada.
Dan kini menetap dalam diam,.di tempat yang pelan-pelan aku sebut: dulu.
Comments