Kemiri
Setelah lebih dari 2 tahun sering bolak balik menjelajah Pejaten Village Mall (karena kebetulan dekat dengan kos saya), baru kali ini mencoba masuk ke sebuah tempat makan bernama Kemiri, yang terletak di lantai 3 PV. Saya mengajak adik saya ke sana, karena biasanya teman saya ga mau diajak kesana. Penampilannya yang terkesan mahal dan elegan dari luar, membuat saya seringnya mengurungkan niat setiap kali ingin makan di sana, dan memilih makan di tempat lain. Dan aku pikir ' Wah namanya kok kemiri ya? Apakah semua makanan yang di jual di sana memakai bumbu kemiri di setiap menunya? hehehe
Begitu masuk kita disambut dengan ramah oleh mbak-mbak penerima tamu, dikasih 2 buah kartu bernomor meja yang sudah ditentukan, disesuaikan dengan jumlah orang yang makan. Meja yang saya tempati tidak jauh dari pintu masuk. Wah coba kita bisa memilih meja sendiri yang kita sukai, seperti kalau kita mau nonton di bioskop, pasti lebih asyik *o*
Kami duduk dulu, melihat-lihat sekilas dan mencoba mencermati bagaimana sistem makan di Kemiri. Maklum saya terbiasa makan di kaki lima atau warteg, jadi kalau masuk ke tempat makan baru model Kemiri saya ingak-inguk dulu hehehe.
Hmmm...tempatnya luas, seperti foodcourt, bernuansa coklat, dengan konsep jaman tempo dulu, terlihat dari atmosfir ruangannya. Ada sepeda ontel dengan keranjang bambu di boncengannya, seperti yang biasa tetangga di kampung saya gunakan untuk membawa barang dagangan jika sehabis belanja dari pasar. Ada becak dan gerobak makanan. Di dalam ruangan banyak terdapat beberapa pohon besar buatan, di mana di sana tergantung beberapa sangkar burung, dan bahkan ada layangan putus yang nyangkut di pohon. Ada lukisan jaman dulu (sepertinya jaman penjajahan Belanda) tergantung di dinding. Tempat duduknya bermacam model, semua terbuat dari kayu. Ada dinding bambu yang tertembus sinar matahari juga.
Suasana Kemiri (view dari meja saya) |
Saya berkeliling melihat-lihat sambil memilih makanan apa yang akan saya beli. Ada berbagai macam menu yang disajikan, dan kebanyakan adalah makanan khas Indonesia, walau ada beberapa makanan dari negara lain seperti Tom Yum. Ada banyak counter di sana, di mana di setiap counter terpampang daftar menu makanan sesuai jenisnya. Ada aneka macam nasi goreng, mie, soto, sop, dim sum, sate, gorengan,seafood, jajanan khas daerah, minuman (dari bir plethok sampai wine), jus (aneka macam buah-buahan), makanan Sunda, makanan Jawa dan masih banyak lainnya. Harga makanannya mulai dari 20 ribu sampai lebih dari 100 ribuan.
Hmmm...mirip seperti Kitchenette, konsepnya open kitchen. Konsep dapur terbuka, dimana pengunjung bisa melihat bagaimana makanan dibuat. Jadi bisa melihat mas-mas ganteng (koki) memasak pesanan kita hihihi :p. Tapi saya lihat juga, para kokinya masaknya sambil ngeliatin cewek-cewek bening yang makan di sana. Jadi impas ya hahahaha
Saya pesan nasi goreng nanas dan lemon squash. Sementara adik saya memesan nasi goreng kampung dan chocolate milkshake. Kami memutuskan milih menu yang standar aja (mengingat harga-harga makanannya). Kalau nasi goreng ini enak, asusmi 'ngawur' kami adalah makanan yang lainnya juga mungkin enak. Karena kalau nasgornya aja ga enak (padahal semua orang bisa membuatnya dengan mudah), gimana makanan lainnya? Lagipula saya memang penggemar nasgor :)
Sebenarnya pengin nyoba tom yum, tapi harga seporsinya 48 ribu. Saya belum pernah makan tom yum, jadi takut kalau nanti rasanya aneh. Udah mahal-mahal, sayang kalau nantinya saya acak-acak doank.
Yang saya pesan |
Setelah memesan, mbak-mbaknya meminta kartu meja kami, yang rupanya bisa digesek (di-swap) seperti kartu kredit. Di kartu itu mungkin berisi rekaman data makanan apa saja yang kami makan. Wow mirip seperti di Trans Studio, walau agak berbeda. Kalau di trans pra bayar (deposit dulu), di sini pasca bayar.
Tidak lama menunggu, waitress mengantarkan pesanan kami.
Nasgor nanasnya yang seharga 30rb seporsi lumayan enak rasanya. Asam dan pedas. Didalamnya ada potongan wortel, buncis, nanas, jamur, jagung, kacang polong dan udang tanpa kulit yang banyak. Jadi tampilannya cantik warna warni. Disajikan bersama lalapan.
Sedangkan untuk nasgor kampungnya biasa aja. Cuma nasi goreng biasa yang berisi telor dan ayam, disajikan bersama telor dadar yang ciamik penampilannya dan kerupuk.
Lemon squashnya saya suka, asam dan segar. Saya tidak mencicipi chocolate milkshakenya.
Sambil menikmati makanan, saya jeprat-jepret memfoto ruangan dari kursi saya. Tidak banyak sich foto yang saya ambil, takut blitz camera mengganggu kenikmatan makan pengunjung lainnya. Sebenarnya pengin berjalan-jalan keliling dan menfoto sudut lainnya, tapi malu hhihi
Setelah makanan habis, saya bingung lagi gimana cara pembayarannya. Apakah bayar di setiap counter makanan yang dipesan (karena di setiap counter juga ada compi-nya) atau sekaligus ditotal jadi satu.
Ingak-inguk lagi. Oh, rupanya ada gerobak kasir di pintu keluar. Kita tinggal menyerahkan kartu meja yang bisa di gesek ketika memesan menu tadi, dan dibayar total semuanya. Semuanya habis sekitar 114 ribu. Hmm...lumayan mahal menurut kantong saya. Tapi tempatnya enak dan nyaman di banding resto lain yang pernah saya coba di PV mal.
Comments
Wah nasgor aja 30rb? Ya allah ya bangkrut -_-
bikin sedih orang hutan saja...
semantap makanan dan harganyaa. wkwkwkwkkkk
@Djangan Pakies : Wa'alaikum slm Pak... hehehe, ketipu ya Pak :D
Iya, jadi bisa tahu bersih pa nda masaknya
@ita : Benar Mbak, pake ayam pula hahaha
@nooryanti : iya yan, cuma sekali-kali doank. itu jg ditraktir kekekeke
@Rawins : hahaha...biar Mas Rawins tambah pengin pulang :P
@Accilong : iya. Ana rega ana rupa
kemiri kan nama bumbu dapur kan yah?.. kalo di jawa, yang namanya kemiri tuh tulang kaki yang bulat menonjol alias mata kaki.
liat gambarnya, ngiler.. suer belom sarapan dikasih milkshake gituan aaiiihhh
ya karena di mal makanya saya bilang lumayan mahal. kalau di kaki lima saya bisa bilang muahaall :D